loading...
Sebuah gambar uang kertas pecahan 200 dengan simbol negara-negara anggota BRICS beredar luas di media sosial bertepatan dengan pelaksanaan KTT BRICS 2025 di Brasil. FOTO/X
JAKARTA - Negara-negara anggota BRICS semakin gencar mengadopsi sistem penyelesaian perdagangan menggunakan mata uang lokal. Hal ini dikonfirmasi oleh Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly usai KTT ke-17 BRICS yang digelar pada 6-7 Juli 2024.
Menurut Madbouly, pembahasan utama dalam pertemuan tersebut berfokus pada penguatan penggunaan mata uang lokal, bukan pembentukan mata uang bersama BRICS. Pernyataan ini diperkuat oleh Duta Besar Brasil untuk India, Kenneth Felix Haczynski da Nobrega, yang menegaskan bahwa aliansi ini tidak memiliki rencana untuk menciptakan mata uang baru guna menyaingi dominasi dolar AS.
Baca Juga: Dedolarisasi Gagal, Transaksi Minyak Rusia dan India Masih Tergantung Dolar AS
Madbouly menjelaskan, penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan mampu mengurangi ketergantungan terhadap valuta asing sekaligus menciptakan keseimbangan hubungan komersial antaranggota BRICS.
"Kami sedang bergerak menuju implementasi sistem ini secara lebih luas, dimulai dengan kesepakatan bilateral sebelum nantinya diperluas ke skema multilateral," ujarnya dikutip dari Watcher Guru, Senin (14/7).
Wacana Mata Uang BRICS Ditunda
Meskipun wacana mata uang bersama sempat mengemuka dalam beberapa tahun terakhir, pembahasan serius mengenai hal itu tidak masuk dalam agenda KTT kali ini. Nobrega menegaskan, isu dedolarisasi dan pembentukan mata uang baru sengaja ditunda hingga KTT 2025.