loading...
Di hadapan penonton, perangkat futuristik yang digadang-gadang sebagai gerbang menuju superintelligence itu justru berulang kali gagal berfungsi. Foto: Reuters
AMERIKA - Panggung megah Meta Connect seharusnya jadi momen penebusan bagi Mark Zuckerberg. Hari di mana ia membuktikan kepada dunia bahwa pertaruhannya senilai puluhan miliar dolar pada visi metaverse dan Augmented Reality (AR) bukanlah sebuah kesalahan.
Namun, alih-alih jadi momen kemenangan, peluncuran kacamata pintar Meta Ray-Ban Display justru berubah menjadi drama komedi canggung.
Di hadapan penonton di seluruh dunia, perangkat futuristik yang digadang-gadang sebagai gerbang menuju "superintelligence" itu justru berulang kali gagal berfungsi, memaksa sang CEO untuk menutupi rasa malunya di atas panggungnya sendiri.
Visi Agung, Eksekusi Canggung
Visi yang dijual oleh Zuckerberg sangatlah muluk. Ia menggambarkan kacamata pintar sebagai "form factor ideal" untuk masa depan komputasi. Alat yang akan membuat kita lebih pintar dan lebih terhubung tanpa harus menunduk menatap layar ponsel.
"Kacamata memungkinkan Anda untuk tetap hadir di momen saat ini sambil mendapatkan akses ke semua kemampuan AI yang membuat Anda lebih pintar, membantu Anda berkomunikasi lebih baik, meningkatkan ingatan Anda, meningkatkan indra Anda, dan banyak lagi," ujar Zuckerberg dengan penuh semangat.
Namun, visi agung itu langsung berbenturan dengan realitas yang canggung. Saat mencoba mendemonstrasikan fitur panggilan video, Zuckerberg berulang kali gagal terhubung dengan CTO-nya, Andrew Bosworth.