loading...
Prof. Jonbi, Guru Besar Teknik Sipil Universitas Pancasila. FOTO/dok.SindoNews
JAKARTA - Inovasi energi kembali mencuri perhatian dengan kehadiran "Bobibos" (Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos!). Terlepas dari beragam kontroversi, mengungkap bahwa kondisi ekosistem inovasi di Indonesia masih rapuh dan mendesak perlu dukungan nyata dari seluruh pemangku kepentingan.
Seringkali, inventor baru dihadapkan pada tuntutan untuk menyajikan data uji lengkap, sertifikasi, dan hasil laboratorium, namun tanpa akses yang memadai terhadap pendanaan dan fasilitas. Kondisi yang tidak realistis ini justru menjadi penghambat kemajuan teknologi nasional. Akibat keterbatasan dukungan, banyak inventor mandiri memilih jalur kontroversial untuk menarik perhatian publik, bukan untuk sensasi, melainkan karena minimnya akses dan saluran formal yang tersedia.
"Momentum Bobibos membuka mata kita bahwa ekosistem inovasi di Indonesia masih lemah. Banyak ahli hanya berperan sebagai pengkritik, bukan pendamping. Inovasi tidak bisa hanya diselesaikan dengan opini; harus diuji, dibuktikan, dan disempurnakan bersama," ujar Prof. Jonbi, Guru Besar Teknik Sipil Universitas Pancasila dalam pernyataannya, Minggu (23/11/2025).
Baca Juga: Setara dengan Pertamax Turbo, Ini Fakta Ilmiah Bobibos BBM Buatan Jonggol
Beberapa lembaga negara dinilai memiliki potensi strategis untuk memperkuat fondasi inovasi ini. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) diharapkan dapat berperan sebagai pelatih dan pendamping teknologi, sekaligus menjadi rumah bagi proses pengujian dan penyempurnaan inovasi. Sementara itu, Lembaga Energi dan Mineral Gas (LEMIGAS), yang memiliki fasilitas pengujian energi dan migas terbaik di Indonesia, diharapkan dapat menjadi garda depan dalam mendukung dan memvalidasi teknologi energi baru.















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5347269/original/005202300_1757664481-Depositphotos_684200838_XL.jpg)































