Fenomena Wakuku Blind Box yang Siap Geser Labubu

6 days ago 5

Fimela.com, Jakarta Dalam beberapa waktu terakhir, dunia mainan koleksi, khususnya blind box, sedang diramaikan dengan dua karakter unik yang mengusung tren cute-ugly. Jika sebelumnya Labubu telah menguasai pasar, kini Wakuku hadir sebagai pesaing baru yang siap merebut perhatian para kolektor.  Kedua boneka ini bukan sekadar mainan, melainkan sebuah bentuk ekspresi diri dan bagian dari budaya pop yang sedang berkembang pesat.

Labubu: Sang Pelopor "Cute Ugly"

Diciptakan oleh seniman Hong Kong, Kasing Lung, Labubu adalah bagian dari seri The Monsters yang dirilis pada tahun 2015. Karakternya memiliki ciri khas yang kuat: gigi kelinci yang tajam, telinga runcing, dan ekspresi yang terkadang nakal. Kolaborasinya dengan Pop Mart, perusahaan mainan Tiongkok, membawa Labubu ke panggung global dan menjadikannya fenomena budaya pop.

Kesuksesan Labubu terletak pada desainnya yang unik dan kemampuannya untuk berkolaborasi dengan berbagai merek dan seniman, menciptakan edisi-edisi terbatas yang sangat diincar kolektor. Labubu telah menjadi lebih dari sekadar mainan, ia adalah simbol dari ekspresi diri dan bagian dari identitas personal bagi banyak penggemarnya.

Wakuku, Penantang dengan Sentuhan Manusiawi

Tidak seperti Labubu yang berkesan seperti monster peri, Wakuku hadir dengan desain yang lebih "humanis." Ciri khasnya adalah wajah yang lebih mirip manusia dengan monobrow (alis menyambung), tubuh yang berbulu, dan tanpa gigi tajam. Wakuku juga berhasil mencuri perhatian dan bahkan dilaporkan terjual habis dalam waktu singkat di awal peluncurannya.

Kehadiran Wakuku menawarkan alternatif bagi mereka yang menyukai estetika "jelek imut" namun mencari karakter yang terasa lebih dekat dengan manusia. Psikolog berpendapat bahwa kemiripan Wakuku dengan manusia, termasuk ketidaksempurnaannya, memungkinkan para remaja untuk lebih mudah mengasosiasikan diri dengannya. Ini menjadi bentuk protes halus terhadap standar kecantikan yang tidak realistis.

Labubu dan Wakuku memiliki beberapa perbedaan mendasar:

* Desain Karakter: Labubu memiliki desain yang lebih fantastis, menyerupai elf dari dongeng Nordik, dengan gigi tajam yang mencolok. Sementara itu, Wakuku memiliki tampilan yang lebih "manusiawi" dan ekspresif dengan alis menyatu dan taring kecil.

* Latar Belakang Cerita: Labubu diciptakan sebagai karakter tunggal yang baik hati namun kikuk. Di sisi lain, Wakuku hadir dengan berbagai karakter yang memiliki cerita dan nilai budaya berbeda, menekankan pada kebebasan, kepercayaan diri, dan keberagaman.

* Popularitas dan Ekosistem: Labubu didukung oleh popularitas global yang masif, terutama berkat pengaruh selebriti seperti Lisa BLACKPINK dan ekosistem Pop Mart. Wakuku, meskipun baru, berhasil menarik perhatian dengan cepat dan bahkan batch pertamanya dilaporkan ludes dalam hitungan jam, menunjukkan potensi besar di pasar.

Pergeseran besar dalam dunia mainan koleks

Baik Labubu maupun Wakuku menunjukkan pergeseran besar dalam dunia mainan koleksi. Mereka bukan lagi sekadar produk untuk anak-anak, melainkan bagian dari pasar koleksi yang menggiurkan dan bernilai miliaran dolar. Mereka adalah wujud nyata dari perasaan batin, menjadi saluran bagi banyak orang untuk mengekspresikan ketidaksempurnaan dan merayakan keunikan diri.

Meskipun Labubu telah lebih dulu memimpin, Wakuku membuktikan bahwa pasar "jelek imut" masih memiliki ruang untuk pendatang baru. Pertarungan ini tidak hanya tentang siapa yang lebih populer, tetapi juga tentang bagaimana sebuah mainan dapat merefleksikan tren sosial, psikologi, dan keinginan untuk melawan arus.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Prestasi | | | |