Fimela.com, Jakarta Perubahan dalam dunia pariwisata kini bergerak menuju pengalaman yang dekat dengan kehidupan penduduk setempat. Korea membaca perubahan ini dengan cepat, lalu menata ulang cara mereka memperkenalkan kuliner kepada wisatawan. Setiap makanan diposisikan bukan hanya sebagai hidangan, tetapi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari yang ingin dipahami pengunjung. Pendekatan ini menjadikan kuliner harian Korea semakin relevan dan diminati.
Sebuah fenomena menarik memperlihatkan bahwa wisatawan tidak lagi mencari destinasi ramai, tetapi pengalaman kuliner yang sederhana, praktis, dan dekat dengan keseharian masyarakat.
Data Korea Tourism Data Lab sejak 2018 hingga Juli 2025 menunjukkan lonjakan signifikan pada konsumsi makanan harian. Dari tren ini, Indonesia dapat belajar banyak tentang bagaimana menyusun strategi food storytelling yang kuat, efisien, dan berdampak.
1. Perubahan Preferensi Wisatawan dan Kenaikan Popularitas Kuliner Harian Korea
Laporan Korea Tourism Organisation, seperti yang dikutip dari laman The Straits Times, menegaskan adanya pergeseran besar: wisatawan asing kini lebih sering membeli makanan minimarket, kopi, camilan, dan hidangan cepat saji dibandingkan masakan tradisional. Es krim meningkat 35% per tahun, makanan minimarket naik 34%, sementara croffles dan waffle bertumbuh 25,5%. Hanya dalam tujuh bulan pertama 2025, tercatat 13 juta transaksi makanan di minimarket, yang merupakan tertinggi dari semua kategori kuliner.
Kondisi ini menunjukkan bahwa wisatawan mencari hal yang dapat mereka pahami dan akses dengan mudah. Menu yang praktis, cepat, dan mudah diterima menjadi pilihan karena dianggap lebih menggambarkan ritme hidup masyarakat Korea. Bahkan enam dari sepuluh merek burger yang paling banyak dikunjungi turis merupakan brand lokal.
Kenaikan ini semakin kuat karena pengaruh media. Adegan makan ramyeon, konten idol di minimarket, atau vlog kuliner membuat wisatawan ingin merasakan pengalaman yang sama. Cerita visual sederhana ini membentuk rasa ingin tahu yang besar dan mendorong konsumsi.
2. Minimarket Korea dan Transformasi Tempat Harian Menjadi Obyek Wisata
Minimarket Korea berkembang menjadi destinasi wisata kuliner tanpa perlu melakukan perubahan besar.
Contoh yang paling menonjol adalah CU’s Ramyun Library di Hongdae, yang menawarkan lebih dari seratus pilihan mi instan dalam konsep toko bertema. Desainnya sederhana, tetapi pengalaman memilih, memasak, dan mencicipi mi secara langsung menjadi atraksi yang disukai turis.
Keberhasilan ini memperlihatkan bahwa tempat yang akrab bagi warga lokal dapat memiliki nilai baru ketika ditata dengan konsep yang jelas. Minimarket menjadi ruang yang memperlihatkan kebiasaan kuliner Korea secara langsung, yang praktis, terjangkau, dan sesuai ritme perjalanan wisatawan.
Tren ini juga terlihat di media sosial. Dari 2023 hingga Juli 2025, lebih dari 40% unggahan tentang minimarket Korea berkaitan dengan makanan.
Ramyeon menjadi kata yang paling sering disebut, disusul kopi dan camilan. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman kuliner harian benar-benar membentuk persepsi wisatawan tentang budaya Korea.
3. Cara Korea Menggunakan Storytelling Visual untuk Mengangkat Hidangan Sederhana
Popularitas K-il-sang-sik, yaitu hidangan harian seperti mi instan, gimbap, dan street food, meningkat karena storytelling visual yang konsisten. Drama dan konten digital menampilkan makanan tersebut sebagai bagian dari aktivitas rutin, sehingga wisatawan dapat membayangkan diri mereka menikmati hal yang sama. Pendekatan ini memperkuat daya tarik makanan harian secara alami.
Data pun mendukung tren ini. Konsumsi mi dan pangsit naik 55,2%. Gamjatang naik 44%. Camilan seperti tteok dan hangwa naik 76,9%.
Kenaikan ini menunjukkan bahwa wisatawan tidak hanya ingin mencoba makanan populer, tetapi juga makanan yang mencerminkan kehidupan masyarakat.
Kekuatan pendekatan Korea terletak pada konsistensi: setiap makanan diberikan ruang untuk terlihat, dijelaskan, dan diperkenalkan melalui konten yang mudah dipahami. Wisatawan merasakan kedekatan karena ceritanya sederhana dan langsung.
4. Peluang Indonesia Mengembangkan Strategi Food Storytelling yang Lebih Relevan
Indonesia memiliki ragam kuliner yang luas dan memiliki potensi untuk dikenalkan melalui strategi serupa.
Banyak hidangan harian yang akrab bagi masyarakat bisa diangkat menjadi pengalaman kuliner yang menarik. Sahabat Fimela, indomie kuah warung, seblak, nasi goreng kaki lima, atau sate gerobak memiliki daya tarik yang kuat bila diperkenalkan dengan narasi yang tepat.
Kekuatan kuliner Indonesia ada pada keberagaman rasanya dan kedekatannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan cerita yang jernih dan visual yang baik, mie tek-tek, bakso, atau pecel lele dapat menjadi hidangan tujuan wisata yang mampu bersaing secara global. Data lonjakan mi dan pangsit di Korea dapat menjadi acuan bahwa makanan sederhana memiliki nilai ekonomi dan budaya yang besar.
Indonesia juga memiliki peluang besar untuk menghidupkan kembali camilan tradisional seperti klepon, lemper, nagasari, atau kue cucur. Jika dikemas dengan pendekatan modern, seperti yang dilakukan Korea terhadap tteok, kuliner warisan dapat tampil lebih menarik bagi generasi muda dan wisatawan mancanegara.
5. Membangun Masa Depan Wisata Kuliner Indonesia Lewat Cerita yang Jujur dan Dekat
Pendekatan Korea membuktikan bahwa pengembangan kuliner tidak selalu membutuhkan inovasi besar; yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk menunjukkan nilai dari makanan sehari-hari. Indonesia memiliki kekuatan serupa dengan ragam hidangan yang mudah diakses, terjangkau, dan dekat dengan identitas masyarakat.
Dengan memperkuat food storytelling, Indonesia dapat membangun ekosistem wisata kuliner yang lebih luas. Setiap makanan dapat diperkenalkan secara positif: apa yang membuatnya disukai, bagaimana masyarakat menikmatinya, dan apa yang menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari.
Pendekatan ini tidak hanya menguntungkan bagi sektor pariwisata, tetapi juga memberi ruang bagi pelaku UMKM kuliner untuk berkembang.
Strategi ini membantu Indonesia menampilkan diri sebagai negara dengan karakter kuliner yang hangat, beragam, dan mudah dicintai wisatawan.
Melalui model penceritaan yang menarik dan pengalaman yang autentik, kuliner lokal dapat menjadi daya tarik utama yang membentuk perjalanan wisata yang lebih bermakna.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5419655/original/051910500_1763706148-Depositphotos_210871074_XL.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5419657/original/075695000_1763706169-Depositphotos_700473094_XL.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5419672/original/030451500_1763706415-Depositphotos_315817578_XL.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5419674/original/022716200_1763706571-Depositphotos_609284984_XL.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5417445/original/043949600_1763534087-Depositphotos_707406222_XL.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5417465/original/019920800_1763534644-Depositphotos_657566796_XL.jpg)














































