loading...
Pemerintah memperkuat komitmen dalam memperbaiki tata kelola industri sawit. FOTO/dok.SindoNews
JAKARTA - Pemerintah memperkuat komitmen dalam memperbaiki tata kelola industri sawit sebagai respons atas meningkatnya tekanan dan diskriminasi global terhadap komoditas tersebut. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menegaskan, penguatan standar keberlanjutan menjadi langkah kunci agar industri sawit Indonesia mampu bersaing sekaligus memberi manfaat lebih besar bagi petani kecil.
"Minyak sawit bukan semata komoditas ekspor strategis, melainkan juga sumber pangan, energi terbarukan, serta penghidupan jutaan keluarga petani. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, tata kelola sawit harus dirancang lebih bertanggung jawab agar mampu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan," ujar dia dalam Konferensi Minyak Sawit Indonesia (IPOC) ke-21 di Nusa Dua, Bali, Rabu (13/11).
Baca Juga: Sawit Masih Jadi Andalan Ekonomi RI, Target Produksi 92 Juta Ton di 2045
Ia juga menyoroti kuatnya persepsi negatif terhadap minyak sawit yang masih berkembang di sejumlah negara termasuk di Indonesia. Narasi tersebut, menurutnya, sering kali menjauh dari pendekatan ilmiah dan mengabaikan pembaruan yang telah dicapai Indonesia.
"Banyak narasi yang mengabaikan fakta ilmiah dan kemajuan nyata Indonesia. Jika dikelola dengan benar, minyak sawit bukan bagian dari masalah, tetapi justru bagian dari solusi," ujarnya.
Rachmat juga menekankan kemenangan Indonesia pada sengketa minyak sawit di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Putusan tersebut menegaskan bahwa kebijakan biofuel nasional sejalan dengan aturan perdagangan internasional sekaligus memperkuat posisi sawit dalam percaturan keberlanjutan global.












































