loading...
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro (tiga kanan) dalam acara SindoNews Sharing Session di iNews Tower Jakarta, Kamis (18/9). FOTO/dok.SindoNews
JAKARTA - Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, menyoroti tantangan besar dalam upaya menambah cadangan dan meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) di Indonesia. Menurutnya, hambatan utama adalah minimnya investasi eksplorasi, yang disebabkan oleh tingginya risiko kegagalan pengeboran yang harus ditanggung sepenuhnya oleh investor.
Komaidi mengungkapkan, berdasarkan data rata-rata beberapa tahun terakhir, porsi investasi untuk kegiatan eksplorasi hanya berkisar 6-9 persen dari total investasi hulu migas nasional. Angka ini dinilai sangat jauh di bawah negara tetangga, Malaysia, di mana investasi eksplorasi dapat mencapai 20-28 persen dari total.
"Problemnya ada di investasi eksplorasi kita yang sangat terbatas. Kenapa terbatas? Karena risikonya cukup besar di sana," ujar Komaidi dalam acara SindoNews Sharing Session di iNews Tower Jakarta, Kamis (18/9).
Baca Juga: Krisis Pasokan Energi Ancam Asia Pasifik, Indonesia Perlu Antisipasi
Ia menjelaskan salah satu faktor penghambat utama adalah sistem production sharing contract (PSC) yang berlaku di Indonesia. Dalam sistem ini, jika investasi eksplorasi tidak menghasilkan temuan cadangan baru, seluruh kerugian menjadi tanggungan pihak investor, bukan negara.