Kisah Raja Hayam Wuruk Satukan Tiga Aliran Agama Berbeda di Majapahit

1 month ago 24

loading...

Raja Hayam Wuruk berusaha menyatukan tiga keyakinan aliran agama berbeda di Kerajaan Majapahit. Momen ini terekam dalam Kakawin Nagarakretagama pada Pupuh 81. Foto/Ilustrasi/Dok.SindoNews

RAJA Hayam Wuruk berusaha menyatukan tiga keyakinan aliran agama berbeda di Kerajaan Majapahit. Momen kebijakan ini terekam dalam Kakawin Nagarakretagama pada Pupuh 81, yang menguraikan upaya Raja Majapahit itu untuk menyatukan ketiga aliran agama berbeda agar hidup berdampingan.

Istilah penyatuan tiga aliran ini disebut tripaksa atau tiga sayap yakni Siwa, Buddha, dan Brahma. Pupuh itu juga menyebutkan bahwa para pendetanya yang disebut caturdwija tunduk pada ajaran. Sejarawan Prof. Slamet Muljana mendeskripsikan, istilah dwija dalam Hinduisme berarti lahir dua kali.

Baca juga: Makna Lambang Surya Majapahit, Miliki Kaitan Erat dengan Agama Hindu

Kelahiran yang pertama ialah kelahiran sebagai manusia, kelahiran kedua berupa upacara pengalungan benang suci atau disebut upavita, sebagai tanda bahwa seseorang telah diterima sebagai anggota masyarakat Arya.

Sebagaimana dituliskan Prof. Slamet Muljana pada bukunya "Tafsir Sejarah Nagarakretagama" upacara inisiasi ini dilakukan bagi golongan brahmana pada umur 12 tahun. Hanya ketiga golongan inilah yang dikatakan lahir dua kali.

Sementara golongan sudra hanya lahir satu kali, namun kemudian istilah dwija vitu hanya semata-mata diperuntukkan bagi golongan pendeta saja, yakni kaum brahmana.

Dari pemberitaan di Nagarakretagama inilah dapat diambil kesimpulan bahwa di Majapahit pada abad 14 ada empat golongan pendeta. Keempatnya yakni Siwa, Brahma, Wisnu, dan Buddha. Jadi terdapat empat aliran agama, yakni Siwa, Brahma, Wisnu, dan Buddha.

Read Entire Article
Prestasi | | | |