Mengenal Toxic Positivity dan Bahayanya bagi Kesehatan Mental

1 month ago 17

Fimela.com, Jakarta Toxic positivity adalah fenomena yang semakin banyak dibicarakan dalam konteks kesehatan mental yang merujuk pada tindakan menghindari, menekan, dan menolak emosi atau pengalaman negatif. Sikap positif yang berlebihan dapat menyebabkan penyangkalan terhadap perasaan yang sebenarnya.

Toxic Positivity menekankan untuk selalu menunjukkan sikap optimisme dalam keadaan apapun dan menolak untuk merasakan perasaan sedih, marah, dan perasaan negatif lainnya. Hal ini mengakibatkan terciptanya lingkungan di mana perasaan negatif dianggap tabu sehingga individu merasa tidak diperbolehkan untuk merasakan emosi tersebut.

Emosi negatif memiliki peran penting dalam kehidupan. Menghadapi dan menerima emosi ini adalah langkah krusial untuk memahami diri sendiri dan lingkungan sekitar. Tulisan ini akan membahas mengenai pengertian toxic positivitytanda-tandanya dan dampak yang ditimbulkan, dilansir dari Psychology Today.

Apa Itu Toxic Positivity?

Toxic positivity adalah tindakan menghindari, menekan, dan menolak emosi atau pengalaman negatif yang terjadi dalam kehidupan. Hal ini dapat terjadi dalam bentuk penyangkalan terhadap perasaan diri sendiri maupun terhadap perasaan orang lain.

Mengesampingkan emosi negatif terkadang memang diperlukan. Akan tetapi, penolakan terhadap perasaan tersebut dalam jangka waktu yang panjang justru bisa berbahaya terhadap kesehatan mental. Hal tersebut dapat menghalangi seseorang untuk dapat memproses emosi dan mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

Tentu saja tidak ada yang salah dengan menunjukkan sikap positif, optimisme, dan rasa syukur. Sikap dan perasaan positif seperti ini justru dapat membantu manusia berkembang dan membuat hidup lebih bahagia. Namun, masalah muncul ketika sikap positif ini digunakan untuk menolak atau mengabaikan emosi negatif. Misalnya, ketika seseorang berbagi perasaan tertekan kepada kita, alih-alih memvalidasi perasaannya, respon yang diberikan malah sebaliknya, yaitu menolak perasaan tersebut dengan kalimat-kalimat positif, seperti “Semua pasti ada hikmahnya” atau “Coba berpikir positifnya saja”. Respon seperti ini dapat membuat orang merasa bahwa perasaannya tidak valid dan hal tersebut dapat menghalangi pemrosesan emosi yang sebenarnya. 

Tanda-Tanda Toxic Positivity

Orang yang memiliki toxic positivity biasanya menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

  1. Menolak keberadaan emosi negatif
  2. Mengabaikan dan menganggap tabu emosi negatif yang wajar, seperti sedih, marah, kesal,kecewa, dan lain-lain
  3. Merasa bersalah karena memiliki perasaan tertentu
  4. Tidak mampu menghargai pengalaman emosional orang lain
  5. Tidak memvalidasi perasaan atau emosi negatif yang sedang dirasakan oleh orang lain

Kapan Sikap Positif Berubah Menjadi Negatif?

Sikap positif dapat berubah menjadi sesuatu yang toksik ketika sikap tersebut menyebabkan penolakan atau pengabaian terhadap emosi negatif sehingga menciptakan tekanan untuk mempertahankan optimisme yang tidak realistis. Akibat dari toxic positivity adalah terhambatnya pengekspresian emosional yang sebenarnya dan sedang dialami. Selain itu, sikap ini juga akan menghambat pertumbuhan pribadi karena tidak dapat menghadapi perasaan yang sebenarnya dan mencari solusi atas penyebab dari perasaan yang muncul. 

Dampak dari Toxic Positivity

Mengutip ungkapan dari Robert Frost, yaitu “Jalan terbaik melewati suatu masalah adalah dengan menghadapinya”. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa menghadapi masalah secara langsung adalah langkah yang paling efektif untuk menyelesaikannya. Dalam menghadapi suatu masalah, pastinya akan ada banyak perasaan yang muncul, baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, ada baiknya untuk menerima dan memvalidasi semua emosi dan perasaan yang sedang dirasakan oleh tubuh. Emosi negatif memang sulit untuk dihadapi, tetapi tidak benar juga untuk menyangkal emosi ini dengan pembelaan-pembelaan positif yang tidak perlu. 

Emosi negatif memberikan wawasan dan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan lingkungan sekitar. Emosi negatif dapat menjadi sinyal bahwa ada sesuatu yang perlu diperhatikan atau diubah dalam hidup. Dengan menghadapi dan menerima kehadiran emosi ini, seseorang dapat lebih cepat belajar dan bertumbuh.

Mengabaikan atau menolak emosi negatif hanya akan menghambat proses penyembuhan dan pertumbuhan diri sendiri. Oleh karena itu, penting untuk memberi ruang bagi semua jenis emosi sehingga dapat memahami dan menghargai pengalaman hidup secara keseluruhan. 

Menekan emosi negatif bukan hanya gagal menyelesaikan masalah yang mendasarinya, tetapi juga bisa menimbulkan perasaan bersalah, malu, sedih, hingga kecemasan. Bahkan, emosi yang ditekan dapat menjadi lebih kuat dan membebani karena secara tidak langsung emosi itu akan menumpuk sedikit demi sedikit, dan ketika kapasitasnya sudah tidak dapat dibendung, maka akan meledak pada waktunya. Akibat dari hal tersebut sangat merugikan diri sendiri.

Sahabat Fimela perlu mengingat bahwa emosi menyimpan informasi penting. Emosi bisa menunjukkan jalan menuju perubahan yang mengarah pada kebahagiaan, kepuasan, dan makna hidup. Menerima emosi secara jujur akan membangun keaslian diri (authenticity) yang merupakan unsur penting dalam kesehatan mental.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Prestasi | | | |