loading...
VP D&P Technical Excellence & Coordination Pertamina Hulu Energi, Devialina Puspita Dewi (tengah dua kiri) dalam acara SindoNews Sharing Session di iNews Tower, Jakarta, Kamis (18/9). FOTO/dok.SindoNews
JAKARTA - Pertamina Hulu Energi (PHE) mengungkapkan dua hal utama dalam meningkatkan produksi dan lifting minyak dan gas (migas) nasional. Kendala utama datang dari kondisi lapangan migas yang sudah tua berpotensi menjadi hambatan mencapai target swasembada energi nasional.
VP D&P Technical Excellence & Coordination Pertamina Hulu Energi, Devialina Puspita Dewi, menjelaskan sekitar 80 persen dari sumur migas yang dikelola PHE saat ini tergolong lapangan tua sehingga, membawa konsekuensi serius terutama terkait keandalan sumur, baik dari segi teknis maupun biaya operasional.
"Hal ini sangat dinamis dan membutuhkan perhatian lebih, baik dari sisi biaya maupun teknik," ujar Devialina dalam acara SindoNews Sharing Session di iNews Tower, Jakarta, Kamis (18/9).
Baca Juga: Pertamina Hulu Energi Sukses Terbitkan Global Bond Senilai USD1 Miliar
Devialina menambahkan, tantangan kedua adalah potensi penemuan sumur-sumur baru di Indonesia yang tidak lagi sebesar masa lalu. Walaupun eksplorasi terus dilakukan, volume produksi cenderung menurun, sementara biaya operasional justru semakin tinggi.
"Banyak temuan yang volumenya tidak sebesar dulu. Biaya operasional juga semakin tinggi, sehingga banyak proyek menjadi marginal," sambungnya.
Di tengah tantangan tersebut, Devialina mengungkapkan bahwa insentif dari pemerintah sangat diperlukan untuk mendorong peningkatan lifting migas. Meski demikian, kinerja PHE pada semester I 2025 menunjukkan hasil positif. Produksi minyak tumbuh 4 persen sementara produksi gas naik 3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.