Reformasi Polri Jadi Sasaran Hoaks, Publik Diminta Lihat Peran Polisi Secara Adil

3 hours ago 7

loading...

Serangan hoaks dan hate speech terhadap Reformasi Polri dinilai sudah sangat meresahkan. Foto/istimewa

JAKARTA - Fenomena hoaks dan hate space terhadap wacana reformasi Polri dinilai sudah sangat meresahkan. Sebab informasi sesat dan opini provokatif di media sosial tersebut memengaruhi cara publik menilai institusi tersebut.

Hal itu dibahas diskusi publik bertajuk “Di Tengah Sorotan Publik: Reformasi Polri & Pertaruhan Kepercayaan Masyarakat di Era Digital” yang digelar di Jakarta Selatan.

Dalam diskusi tersebu, para narasumber menegaskan derasnya informasi sesat dan opini provokatif di media sosial kini benar-benar memengaruhi cara publik menilai institusi Polri.

Politikus senior Ruhut Sitompul secara tegas menyebut fenomena hoaks sebagai biang kerok rusaknya kepercayaan publik. Banyak pihak, katanya, menilai polisi hanya dari potongan informasi yang tidak diverifikasi.

Baca juga: Polri Tarik Irjen Argo Yuwono dari Kementerian UMKM setelah Putusan MK

“Media sosial ini bikin seolah semua orang ahli. Belum pernah jadi polisi, tapi sok paling tahu. Banyak hoaks, banyak provokasi. Kita ini benci tapi rindu sama Polri, seperti lagunya Rinto Harahap. Kalau aman dicari, kalau ada kasus disalahkan," katanya, Sabtu (22/11/2025).

Ruhut juga mengingatkan institusi Polri tidak bisa terus-menerus dijadikan sasaran serangan politik. Ruhut meminta publik melihat peran polisi secara adil, terutama dalam konteks putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait jabatan Polri di kementerian yang menurutnya sering disalahpahami karena framing di media sosial.

Read Entire Article
Prestasi | | | |