Tipe Kepribadian Baru Muncul dengan Istilah Otrovert Bisa Terjadi pada Kalangan Perempuan Modern

1 month ago 20

Fimela.com, Jakarta Selama bertahun-tahun, tentu kita mengenal dua tipe kepribadian utama seperti introvert yang lebih memiliki sifat pendiam dan reflekti, kemudian ada ekstrovert yang memiliki jiwa sosial dan supel). Ada juga versi tengahnya,  ambivert yang memiliki sifat campuran dari keduanya.

Namun di tahun 2025, muncul tipe baru yang mulai menarik perhatian yaitu kepribadian otrovert. Istilah ini diciptakan oleh para peneliti perilaku sosial modern untuk menggambarkan orang-orang yang tidak sepenuhnya masuk ke dalam “ekstrovert yang selalu ingin bersosialisasi” atau “introvert yang lebih suka menyendiri”. 

Tipe kepribadian ini bisa merasa berenergi saat berada di tengah orang banyak, tetapi di saat yang sama merasa asing dengan norma-norma sosial yang umum. Singkatnya, bukan anti-sosial, hanya punya cara bersosialisasi yang berbeda.

Melansir Times of India, yuk kita kenal lebih dalam  kepribadian baru ini. Siapa tahu sahabat Fimela salah satunya. 

Mengenal Apa Itu Otrovert dan Cara Mengenalinya

Istilah otrovert diciptakan oleh psikiater asal Amerika, Dr. Rami Kaminski. Kata “otrovert” berasal dari awalan bahasa Spanyol “otro” yang berarti lain atau yang berbeda. Sesuai namanya, otrovert adalah “tipe lain” — orang-orang yang menolak klasifikasi sederhana antara introvert dan ekstrovert.

Berbeda dengan introvert, otrovert tidak selalu lebih suka menyendiri. Tapi juga berbeda dengan ekstrovert, tidak selalu betah dengan stimulasi sosial tanpa henti. 

Otrovers adalah orang-orang yang bersemangat datang ke pesta, tapi setelah dua jam diam-diam pulang karena kebisingan mulai terasa melelahkan. Otrovert mendambakan koneksi sosial, namun dengan cara dan aturan mereka sendiri.

Lebih nyaman di lingkungan kecil, interaksi yang autentik, dan cenderung tidak menyukai sisi “pencitraan” dalam bersosialisasi.

Cara Mengenali Seorang Otrovert

Saat meneliti tipe ini, para peneliti menemukan semakin banyak individu dalam studi kepribadian yang tidak cocok dengan kategori tradisional.

Peserta-peserta ini menggambarkan diri mereka sebagai “outsider sosial” – orang-orang ini menikmati percakapan, tetapi merasa lelah dengan basa-basi yang dipaksakan. Serta menginginkan koneksi yang bermakna, namun sering menghindari ritual sosial yang dianggap mainstream.

Lebih tepatnya, mereka merasa “di antara”; tidak pemalu, tidak berisik, hanya… berbeda. Para psikolog pun menyadari bahwa ini bukan sekadar ambivert (gabungan introvert dan ekstrovert), melainkan sesuatu yang benar-benar lain: kepribadian yang terbentuk dari keinginan untuk merasa diterima, sambil menolak konformitas.

Ciri-Ciri Seorang Otrovert

Playful tapi penuh wawasan

Otrovert bisa memilih menjadi si “pendiam di sudut ruangan”, namun di lain waktu mereka bisa berubah menjadi kupu-kupu sosial.

Sosialisasi selektif

Mereka tidak menghadiri setiap acara, tetapi saat memutuskan untuk hadir, mereka akan menjadi orang yang menyalakan percakapan mendalam di dapur, bukan yang mendominasi lantai dansa.

Mereka mungkin punya kemampuan sosial yang kuat, menikmati diskusi yang penuh makna, atau bekerja dalam tim, namun tetap merasa seperti pengamat.

Bayangkan seseorang yang mengizinkanmu mendekat, tapi pintu ke “ruang terdalam” mereka tetap terkunci.

Perasaan menjadi outsider ini bukan karena malu atau cemas, melainkan sesuatu yang lebih eksistensial.

Lebih memilih koneksi daripada keramaian

Meski disukai, diterima, atau bahkan populer, otrovert sering merasa tidak sepenuhnya “rumah” di tengah kelompok besar. Mereka lebih senang berbagi cerita dengan tiga orang daripada berjejaring dengan tiga puluh orang asing.

Pemberontak berhati lembut

Karena tidak fokus untuk “menyesuaikan diri”, otrovert cenderung lebih berani mempertanyakan norma, berpikir berbeda, dan menciptakan karya kreatif yang melawan arus.

Namun, empati mereka tetap tinggi, sehingga mereka tetap peduli pada perasaan orang lain.

Singkatnya Otrovert adalah “pengubah energi” – mereka bisa menikmati ledakan energi ala ekstrovert, tetapi membutuhkan waktu tenang ala introvert untuk mengisi ulang.

Ide tentang otrovert bukan sekadar label baru, melainkan cerminan dari kesadaran bahwa kepribadian manusia itu kompleks. Banyak orang hidup di antara atau bahkan di luar garis identitas tradisional.

Alasan Munculnya Tipe Kepribadian Baru

Ide tentang otrovert bukan sekadar label baru, melainkan cerminan dari kesadaran bahwa kepribadian manusia itu kompleks. Banyak orang hidup di antara atau bahkan di luar garis identitas tradisional.

Psikolog percaya, memberi nama pada identitas ini bisa menjadi bentuk validasi bagi mereka yang selama ini merasa “tidak dipahami”.

Di era digital yang super terhubung seperti sekarang, media sosial sering menonjolkan perilaku ekstrovert—pendapat lantang, berbagi tanpa henti, budaya influencer—sementara interaksi yang lebih tenang dan autentik justru tenggelam.

Ditambah lagi, dunia modern dengan kerja jarak jauh, perpindahan budaya global, dan identitas yang semakin cair (online/offline, komunitas digital) membuat banyak orang tumbuh di antara budaya, norma sosial, bahasa, atau identitas yang berbeda. Semua ini dapat memperkuat perasaan “tidak benar-benar belong” alias tidak sepenuhnya merasa memiliki tempat.

Dalam konteks ini, label justru bisa terasa membebaskan, karena mengurangi tekanan untuk menyesuaikan diri.

Ketika seseorang menyadari, “Aku bukan antisosial—aku seorang otrovert,” pengalaman hidupnya bisa dipandang dengan cara yang lebih penuh belas kasih dan pengertian.

Bagi dunia terapi, memahami tipe kepribadian ini juga bisa membantu menangani perasaan terasing dan mendorong kebiasaan sosial yang lebih sehat.

Secara budaya, konsep ini bahkan dapat menginspirasi lingkungan kerja, sekolah, dan keluarga untuk melihat “energi outsider” sebagai kekuatan, bukan kelemahan.

Otrovert dan Perempuan

Selama bertahun-tahun, perempuan kerap dihadapkan pada ekspektasi sosial yang kaku. Sebagian budaya menilai perempuan ideal sebagai ramah, supel, dan mudah berbaur—citra ekstrovert. Di sisi lain, perempuan yang pendiam sering dilabeli pemalu, dingin, atau kurang percaya diri.

Namun dunia berubah. Di tahun 2025, muncul istilah kepribadian baru: otrovert—the other personality type, orang yang merasa “berbeda” dari kategori introvert dan ekstrovert.

Bagi banyak wanita, konsep ini menghadirkan ruang aman untuk memahami diri, tanpa merasa harus menjadi “perempuan yang selalu cocok di mana saja”

Banyak perempuan dibesarkan dengan norma sosial seperti:

“Harus ramah ke semua orang.”

“Jangan terlihat sombong.”

“Kalau diam saja, nanti dibilang jutek.”

Tekanan ini sering membuat wanita yang lebih selektif dalam bersosialisasi merasa bersalah. Otrovert bisa sosial tanpa harus selalu tampil, berkoneksi tanpa harus jadi pusat perhatian.

Otrovert memberi pesan. “Aku bisa peduli pada orang lain, tapi tetap menjaga batasan. Itu bukan kelemahan—itu pilihan.”

Penelitian menunjukkan otrovert memiliki pola yang jelas. Ketika diterapkan pada perempuan, ciri ini sering muncul dalam bentuk:

a. Sosial dengan Syarat 

Wanita otrovert senang bertemu orang, tapi memilih kapan dan dengan siapa.

Mereka bisa menikmati acara keluarga atau arisan, tapi setelah dua jam merasa perlu pulang lebih awal untuk menenangkan pikiran.

b. Percakapan yang Penuh Makna 

Alih-alih berbasa-basi, mereka lebih suka obrolan mendalam—tentang impian, ide, atau perasaan.

Mereka sering jadi teman curhat yang dipercaya karena kepekaannya.

c. Mandiri Emosional

Tidak mengejar popularitas atau pertemanan yang dangkal, otrovert perempuan lebih fokus pada kualitas hubungan.

Mereka nyaman sendirian, namun tetap peduli pada orang-orang terdekat.

d. Berani Menolak Norma

Karena tidak bergantung pada validasi sosial, mereka lebih berani berkata “tidak” pada acara yang tidak sesuai nilai pribadi.

Hal ini memberi ruang untuk menata hidup sesuai kebutuhan—bukan hanya ekspektasi orang lain.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Prestasi | | | |