7 Alasan Gen Z Nepal Turun ke Jalanan, Salah Satunya Tren #NepoBaby dan #NepoKids

3 hours ago 6

loading...

Generasi Z Nepal sudah muak dengan praktik korupsi di negaranya. Foto/X/@surajsharma_11

KATHMANDU - Perdana Menteri Nepal , KP Sharma Oli, telah mengundurkan diri menyusul kemarahan publik atas tewasnya 22 orang dalam bentrokan polisi dengan pengunjuk rasa antikorupsi. Kantornya mengatakan bahwa ia mengundurkan diri untuk membuka jalan bagi solusi konstitusional bagi protes besar-besaran yang dipimpin oleh pemuda atas tuduhan korupsi yang meluas dan dipicu oleh larangan media sosial, yang kini telah dicabut.

Protes berubah menjadi kekerasan ketika ribuan orang – banyak yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Gen Z melalui plakat dan spanduk – turun ke jalan di Kathmandu pada hari Senin.

Hampir 200 orang diperkirakan terluka dalam bentrokan dengan polisi, yang menggunakan gas air mata, meriam air, dan peluru tajam saat para pengunjuk rasa memanjat tembok parlemen dan gedung-gedung resmi lainnya.

Protes berlanjut pada hari Selasa, dengan para demonstran membakar gedung parlemen, markas besar Partai Kongres Nepal, dan rumah mantan perdana menteri Sher Bahadur Deuba. Rumah beberapa politisi lainnya juga dirusak.

7 Alasan Gen Z Nepal Turun ke Jalanan, Salah Satunya Tren #NepoBaby dan #NepoKids

1. Larangan Media Sosial

Melansir BBC, media sosial merupakan bagian besar dari kehidupan masyarakat Nepal. Bahkan, negara ini memiliki salah satu tingkat pengguna per kapita tertinggi di Asia Selatan.

Demonstrasi dipicu oleh keputusan pemerintah pekan lalu untuk melarang 26 platform media sosial, termasuk WhatsApp, Instagram, dan Facebook, karena gagal memenuhi tenggat waktu pendaftaran ke Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi Nepal.

Para kritikus menuduh pemerintah berusaha meredam kampanye antikorupsi dengan larangan tersebut, yang kemudian dicabut pada Senin malam.

Meskipun larangan tersebut merupakan katalisator kerusuhan saat ini, para pengunjuk rasa juga menyalurkan ketidakpuasan yang lebih mendalam terhadap otoritas negara.

BacaJuga: Akui Qatar Sahabat AS, Trump: Saya Menyesal Adanya Serangan Israel

2. Marah setelah 19 Pengunjuk Rasa Tewas

Demonstrasi yang terjadi kemudian berubah menjadi kekerasan di Kathmandu dan beberapa kota lain di Nepal, dengan 19 pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan dengan polisi pada hari Senin.

Menteri Komunikasi Nepal, Prithvi Subba, mengatakan kepada BBC pada hari yang sama bahwa polisi terpaksa menggunakan kekerasan - termasuk meriam air, pentungan, dan tembakan peluru karet.

Beberapa pengunjuk rasa berhasil menerobos batas gedung parlemen di Kathmandu, yang mendorong polisi untuk memberlakukan jam malam di sekitar gedung-gedung pemerintah utama dan memperketat keamanan.

Pada hari Selasa, para pengunjuk rasa juga membakar gedung parlemen di ibu kota Kathmandu, menyebabkan asap hitam tebal mengepul ke langit. Gedung-gedung pemerintahan dan rumah-rumah para pemimpin politik diserang di seluruh negeri.

Read Entire Article
Prestasi | | | |