loading...
Ilustrasi mata uang BRICS. FOTO/Asia Times
JAKARTA - Wacana peluncuran mata uang bersama BRICS kembali mengemuka setelah China dan Rusia secara aktif mendorong agenda ini dalam beberapa pertemuan puncak terakhir. Sementara, India dan Brasil memilih bersikap lebih hati-hati, bahkan cenderung menolak gagasan tersebut, menandakan adanya perpecahan sikap di internal aliansi ekonomi negara-negara berkembang ini.
Dikutip dari Watcher Guru, Presiden Rusia Vladimir Putin, pada KTT BRICS tahun lalu, sempat memamerkan mock-up uang kertas sebagai simbol kesiapan BRICS untuk meluncurkan tender baru yang digadang-gadang akan menjadi pesaing dolar Amerika Serikat (AS). Namun, hingga kini, rencana tersebut belum masuk ke tahap teknis yang konkret, terutama karena resistensi dari India dan Brasil.
India secara terbuka menolak ide mata uang BRICS. Pemerintah India menilai, penerapan mata uang bersama akan mengancam kedaulatan ekonomi nasional dan stabilitas mata uang rupee. Selain itu, India khawatir bahwa sistem keuangan nasionalnya yang sangat terintegrasi dengan dolar AS akan terguncang jika harus beralih ke sistem baru yang belum teruji.
Baca Juga: 4 Negara ASEAN yang Resmi Gabung BRICS, Ini Daftar Terbaru
Penolakan India juga didasari oleh perbedaan struktur ekonomi antarnegara anggota BRICS. India menilai, keberagaman ekonomi dan kebutuhan finansial tiap negara membuat implementasi satu mata uang menjadi sangat sulit dan berisiko tinggi. Selain itu, India memandang bahwa dorongan dedolarisasi justru lebih menguntungkan China dan Rusia, yang selama ini berupaya mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan Barat.