loading...
Investasi China dalam kerangka Inisiatif Sabuk dan Jalan dialihkan ke proyek logam dan pertambangan di Asia Tengah. FOTO/Depositphotos.com
JAKARTA - Investasi China dalam kerangka Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) melonjak signifikan pada paruh pertama 2025, dengan fokus besar dialihkan ke proyek logam dan pertambangan di Asia Tengah. Pergeseran ini dinilai sebagai strategi Beijing mengamankan pasokan sumber daya alam penting di tengah ketegangan perdagangan yang meningkat dengan Amerika Serikat.
Data yang dihimpun organisasi riset China-Global South Project menunjukkan, 150 negara peserta BRI menerima total investasi dan kontrak konstruksi senilai USD124 miliar atau setara Rp1.984 triliun pada Januari–Juni 2025. Angka ini melampaui nilai investasi USD122 miliar pada periode yang sama tahun 2024.
Baca Juga: KAI Digrogoti Utang Whoosh ke China, Bayar Bunga Rp2 Triliun per Tahun
Laporan tersebut, yang mengutip analisis Griffith Asia Institute di Australia, mencatat adanya "konsentrasi dana yang tidak biasa tinggi" di Asia Tengah. Investor China disebut sangat agresif membiayai proyek pertambangan di kawasan ini, terutama untuk komoditas aluminium dan tembaga yang semakin strategis bagi industri global.
Kazakhstan menjadi penerima investasi terbesar dengan aliran modal mencapai USD23 miliar atau sekitar Rp376 triliun pada semester pertama tahun ini. Dari jumlah tersebut, proyek terbesar adalah pembangunan kompleks aluminium senilai USD12 miliar yang dipimpin oleh konglomerat China East Hope Group.