loading...
China memegang posisi dominan dalam pasokan magnet dan logam tanah jarang. FOTO/iStock
HONG KONG - Ekspor magnet tanah jarang dari China mengalami lonjakan signifikan pada bulan lalu, meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini terjadi setelah Beijing melonggarkan beberapa kontrol ekspor atas bahan industri kritis tersebut, menyusul kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Meskipun terjadi peningkatan, volume ekspor magnet tanah jarang masih jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Data kepabeanan China menunjukkan bahwa total ekspor magnet tanah jarang pada bulan Juni turun 38% secara tahunan dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini menjadi tantangan bagi produsen Barat yang sangat bergantung pada pasokan dari China untuk kelancaran produksi mereka.
Baca Juga: Perang Tarif AS vs Dedolarisasi BRICS, Siapa Pemenang dalam Pertarungan Ini?
Perbaikan terlihat dibandingkan dengan bulan Mei, ketika ekspor magnet tanah jarang anjlok hingga 74% dari tahun sebelumnya, angka penurunan terbesar dalam lebih dari satu dekade. Pada bulan Juni, China mengekspor 3,2 juta kilogram magnet tanah jarang, meningkat dari 1,2 juta kilogram pada bulan Mei. Namun, angka ini masih jauh di bawah rata-rata pengiriman bulanan tahun lalu yang mencapai 4,8 juta kilogram.
China memegang posisi dominan dalam pasokan magnet dan logam tanah jarang, yang menjadi senjata utama dalam negosiasi perdagangan dengan AS. Saat ini, negeri Tirai Bambu memproduksi sekitar dua pertiga mineral tanah jarang dunia dan mengolah sekitar 90% dari total pasokannya. Magnet tanah jarang sangat penting untuk produk seperti motor mobil dan sistem pemandu rudal.