loading...
Konsumen harus pintar menentukan spesifikasi apa yang mereka butuhkan dalam sebuah smartphone. Foto: IQOO
JAKARTA - Medan pertempuran smartphone di Indonesia kini semakin riuh dan memusingkan. Para merek seolah berlomba dalam "perang spesifikasi", membombardir konsumen, terutama Gen Z, dengan angka-angka magis: refresh rate layar 144Hz, kecepatan cas 120 Watt, hingga baterai raksasa 7.000 mAh.
Di atas kertas, semua terdengar fantastis. Namun, di tengah gemuruh angka-angka ini, muncul sebuah pertanyaan kritis: apakah konsumen benar-benar mendapatkan apa yang mereka butuhkan, atau hanya terjebak dalam strategi pemasaran cerdas yang menjual spesifikasi di atas pengalaman nyata?
Mitos #1: 'Semakin Tinggi Angka, Semakin Baik'
Mari kita bedah mitos ini. Banyak merek menonjolkan layar dengan refresh rate 144Hz. Angka ini memang lebih tinggi dari standar 120Hz, namun bagi sebagian besar pengguna yang hanya scrolling media sosial, perbedaannya nyaris tak terasa di mata.
Begitu pula dengan kecepatan cas 120W, yang mampu mengisi daya 50% dalam 19 menit. Sangat cepat, tapi apakah itu sebuah keharusan dibandingkan 65W yang mungkin lebih ramah untuk kesehatan baterai jangka panjang?
Realita Gen Z: Baterai dan Kenyamanan adalah Raja
Di sisi lain, ada spesifikasi yang benar-benar menjadi jawaban atas masalah nyata. Bagi Gen Z yang super aktif, daya tahan baterai adalah segalanya. Kehadiran baterai monster berkapasitas 7.000 mAh pada iQOO Neo 10, misalnya, adalah keunggulan absolut yang tidak bisa diperdebatkan. Ia menjamin ponsel bisa bertahan seharian penuh di bawah penggunaan berat.