loading...
Hingga pertengahan September, belum ada satu pun peraturan konkret yang diterbitkan, membiarkan para pelaku industri dan konsumen terus menebak-nebak dalam gelap. Foto: ist
JAKARTA - Pasar motor listrik Indonesia kini ibarat pasien yang tengah mengalami sakau. "Obat bius" berupa subsidi pemerintah sebesar Rp7 juta per unit telah dicabut sejak Desember 2024, dan kini, sembilan bulan kemudian, pasar sedang merasakan gejala putus obat yang menyakitkan: penjualan anjlok drastis.
Para produsen dan calon konsumen kini terjebak dalam limbo melelahkan. Di satu sisi, ada sinyal-sinyal samar dari pemerintah bahwa "obat" itu akan diberikan kembali.
Namun di sisi lain, yang ada hanyalah penantian tanpa akhir, sementara pemerintah masih sibuk berkutat dalam tahap "finalisasi" yang tak kunjung usai.
Suara Pasrah dari Industri
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), sebagai representasi para produsen, kini berada dalam posisi canggung. Alih-alih secara agresif melobi pemerintah untuk mempercepat keputusan, mereka justru memilih untuk menanti dengan pasrah.
Ketua Umum AISI, Johannes Loman, saat ditemui di Jakarta, Kamis (11/9), mengakui bahwa belum ada pergerakan signifikan dari pihaknya.