loading...
Di era digital, mengabaikan pembaruan keamanan bukan lagi sekadar kelalaian teknis, melainkan keputusan bisnis yang bisa berujung pada bencana finansial dan reputasi. Foto: ist
JAKARTA - Sebuah bom waktu digital sedang berdetak di ribuan kantor di seluruh Indonesia. Tanpa disadari, banyak perusahaan membiarkan "pintu belakang" sistem mereka menganga lebar, mengundang para penjahat siber untuk berpesta pora.
Laporan terbaru dari raksasa keamanan siber global, Kaspersky, melukiskan gambaran suram tentang betapa rentannya dunia bisnis di Tanah Air.
Data yang dirilis hari ini, Senin (6/10/2025), menunjukkan sebuah angka yang mencengangkan.
Selama periode Januari hingga Juni 2025 saja, perusahaan berhasil memblokir 524.657 upaya eksploitasi yang menargetkan perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Jika dirata-ratakan, itu berarti ada 2.915 serangan yang mencoba membobol pertahanan bisnis setiap harinya.
Eksploitasi (exploit) sederhananya adalah program jahat yang bertindak seperti kunci palsu. Kunci ini dibuat khusus untuk memanfaatkan celah keamanan atau bug pada software yang belum diperbarui atau ditambal (patch), memungkinkan peretas masuk dan mengambil alih kendali tanpa izin.
Penyakit Kronis: Kelalaian Jadi Pesta Peretas
Yang lebih mengkhawatirkan adalah sumber dari sebagian besar serangan ini. Ini bukanlah tentang peretasan canggih yang memanfaatkan kelemahan super baru. Sebaliknya, ini adalah cerminan dari "penyakit" kelalaian massal.