loading...
Pemerintah Norwegia mengklaim misi selesai dan mencabut subsidi EV triliunan rupiah, memicu protes karena 70% mobil di jalanan ternyata masih menggunakan mesin bensin. Foto: ist
JAKARTA - Norwegia, negara yang menjadi barometer global untuk adopsi kendaraan listrik (EV), kini berada di tengah jalan.
Pemerintah Norwegia resmi mendeklarasikan bahwa target nasional untuk transisi ke EV telah tercapai, membuka jalan untuk penghentian bertahap seluruh insentif besar-besaran yang selama ini menopang pasar.
Langkah ini, yang didasarkan pada data penjualan mobil baru yang nyaris 100% listrik, memicu perdebatan sengit.
Kelompok industri mengkritik langkah ini sebagai tindakan prematur yang berisiko memperlambat dekarbonisasi total armada kendaraan nasional.
Keputusan pemerintah Norwegia didasarkan pada metrik penjualan yang secara objektif belum pernah terjadi sebelumnya di negara lain di dunia.
Dominasi Pasar Absolut: Pada bulan September 2025, pangsa pasar mobil listrik murni (pure electric) untuk penjualan mobil baru di Norwegia telah mencapai 98,3%. Angka ini tidak termasuk unit plug-in hybrid.
Target Terlampaui: Target pemerintah agar semua mobil baru yang terjual pada tahun 2025 adalah mobil listrik pada dasarnya telah tercapai lebih awal.
Kesuksesan ini merupakan hasil langsung dari skema insentif fiskal yang sangat agresif, terutama pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 25%.
Untuk sebuah EV dengan harga 500.000 Krone Norwegia (NOK) (setara Rp760 juta), konsumen Norwegia secara efektif menerima subsidi langsung dari pemerintah sebesar 125.000 NOK (Rp190 juta) hanya dari pembebasan PPN.