Siapa Jonathan Pollard? Agen Intelijen yang Bekerja Memata-matai AS untuk Israel

3 hours ago 2

loading...

Jonathan Pollard merupakan agen intelijen yang bekerja memata-matai AS untuk Israel. Foto/X/@JimmyMack0320

GAZA - Jonathan Pollard, mantan analis intelijen Angkatan Laut AS yang dihukum karena memata-matai Amerika Serikat untuk Israel, mengadakan pertemuan pribadi Pertemuan pada bulan Juli dengan Duta Besar Amerika Mike Huckabee di Kedutaan Besar AS di Yerusalem. Pollard mengonfirmasi dalam sebuah wawancara.

Pertemuan tersebut, yang tidak termasuk dalam jadwal publik Huckabee, menandai pertama kalinya Pollard dijamu di dalam fasilitas diplomatik AS sejak pembebasannya pada tahun 2015. Pollard menggambarkan pertemuan itu sebagai "persahabatan," dan mencatat bahwa pertemuan itu melibatkan penasihat senior Huckabee, David Milstein.

Siapa Jonathan Pollard? Agen Intelijen yang Bekerja Memata-matai AS untuk Israel

1. Pernah Membahayakan Operasi Intelijen AS

Melansir Middle East Monitor, Pollard, yang kini berusia 71 tahun, ditangkap pada tahun 1985 dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas salah satu operasi spionase paling merusak dalam sejarah AS. Saat itu, Menteri Pertahanan saat itu, Caspar Weinberger, mengatakan Pollard telah mengirimkan materi rahasia yang cukup banyak untuk memenuhi sebuah ruangan dan secara serius membahayakan operasi intelijen AS.

Pollard dibebaskan bersyarat pada tahun 2015 dan pindah ke Israel pada tahun 2020 setelah pemerintahan Trump mencabut pembatasan perjalanannya.

Baca Juga: 5 Fakta Pertemuan Mengejutkan Trump dan Zohran Mamdani

2. Disambut di Israel sebagai Pahlawan Nasional

Ia disambut di Israel sebagai pahlawan nasional, disambut secara pribadi oleh Perdana Menteri saat itu, Benjamin Netanyahu, di landasan Bandara Ben Gurion.

Sejak saat itu, Pollard telah menjadi pendukung vokal sayap kanan Israel dan baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mencalonkan diri menjadi anggota Knesset, menyerukan aneksasi Gaza dan mengadvokasi pemukiman warga sipil Israel di wilayah tersebut.

3. Menganut Doktrin Utamakan Israel

Pollard tidak menyatakan penyesalan atas tindakannya. Dalam wawancara terpisah dengan The Jerusalem Post, ia berkata: "Saya sepenuh hati menganut doktrin 'utamakan Israel'. Dan saya dipenjara karena itu selama 30 tahun."

Read Entire Article
Prestasi | | | |