loading...
Yossi Cohen, mantan kepala Mossad yang menantang PM Israel Benjamin Netanyahu. Foto/X/@LionsOfZion_ORG
TEL AVIV - Mantan kepala mata-mata Israel , Yossi Cohen, mengumumkan bahwa ia berpotensi menantang Benjamin Netanyahu untuk jabatan perdana menteri dalam pemilihan umum yang dijadwalkan tahun depan. Itu menimbulkan kegaduhan di negara yang terpecah secara politik akibat perang berkepanjangan di Gaza.
Cohen, yang memimpin Mossad dari 2016 hingga 2021, membuat pengumuman tersebut dalam sebuah podcast, di mana ia juga mengisyaratkan kemungkinan pembentukan partai baru untuk menyaingi partai Likud milik Netanyahu.
Netanyahu hampir tidak dapat mempertahankan kekuasaannya di tengah protes massa atas kegagalannya memulangkan sandera Israel meskipun telah melancarkan perang hampir dua tahun di Gaza, yang telah menewaskan hampir 63.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Dikenal karena masa jabatannya yang penuh peristiwa sebagai kepala mata-mata dan peran kuncinya dalam Perjanjian Abraham yang bertujuan untuk menormalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan banyak negara Arab, Cohen tampaknya memanfaatkan kredensial keamanannya untuk memposisikan dirinya sebagai tokoh "pemersatu" dalam masyarakat Israel yang terpecah belah.
Pengumumannya telah diliput secara luas oleh media Israel, yang umumnya menggambarkan langkah tersebut sebagai sesuatu yang telah lama dinantikan.
Siapa Yossi Cohen? Mantan Kepala Mossad yang Menantang Netanyahu
1. Disebut Pemimpin Masa Depan Israel
Wacana publik di media sosial sebagian besar menggemakan laporan media, dengan beberapa pengguna berpendapat bahwa proliferasi kandidat oposisi seperti Cohen secara tidak sengaja dapat mengurangi peluang perubahan koalisi dengan memecah suara. Reaksi beragam, mulai dari "pemimpin masa depan yang luar biasa" hingga "penjual mobil bekas".
Gokhan Batu, seorang analis Israel di Pusat Studi Timur Tengah yang berbasis di Ankara, mengatakan kepada TRT World bahwa militer dan aparat intelijen menempati "status khusus" dalam masyarakat Israel.
"Rekam jejak karier yang solid dan karisma pribadi sering kali memberikan dukungan publik otomatis kepada mantan tentara dan perwira intelijen," kata Batu, dilansir TRT World.Baca Juga: Tak Disangka, Tujuan RI Kerahkan Sistem Rudal KHAN Bukan Targetkan China tapi...
2. Memiliki Basis Kuat di Kalangan Sayap Kanan
Latar belakang agama Cohen dan aliansi masa lalunya dengan tokoh-tokoh sayap kanan, dikombinasikan dengan penekanannya pada "persatuan", menempatkannya "di antara tengah dan kanan" dalam spektrum politik Israel, menurut Batu.
Mtanes Shehadeh, mantan anggota Knesset, menggemakan sentimen ini, mengatakan kepada TRT World bahwa kredensial keamanan Cohen akan menjadi "aset penting" di arena politik.
“Dalam pola pikir Israel, nama Cohen dikaitkan dengan pencapaian keamanan dan intelijen, terutama dalam menghadapi proyek nuklir Iran,” ujarnya.
Cohen mengklaim bertanggung jawab atas operasi tahun 2018 di mana Mossad mencuri arsip nuklir Iran dari brankas di sebuah gudang di Teheran.
3. Pertama Kalinya Mantan Kepala Mossad Mencalonkan Diri sebagai PM
Tidak seperti beberapa pemimpin militer Israel yang telah beralih ke dunia politik – seperti Benny Gantz, Yitzhak Rabin, atau Ariel Sharon – perpindahan Cohen dari dunia intelijen yang tertutup ke panggung politik menandai perkembangan baru di Israel.