loading...
Pesawat pengebom B-2 Spirit digunakan AS untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran. Foto/wikipedia
WASHINGTON - Direktur CIA John Ratcliffe mengatakan Iran akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali program nuklirnya setelah serangan Amerika Serikat (AS) terhadap situs pengayaan uranium. Komentarnya muncul setelah ketidakpastian selama berhari-hari tentang tingkat kerusakan fasilitas di Natanz, Fordow, dan Isfahan, yang menjadi sasaran bom penghancur bunker AS pada 22 Juni.
"CIA dapat mengonfirmasi badan intelijen yang kredibel menunjukkan program nuklir Iran telah rusak parah akibat serangan terarah baru-baru ini," ungkap pernyataan Ratcliffe pada hari Rabu (25/6/2025).
"Ini termasuk intelijen baru dari sumber/metode yang secara historis dapat diandalkan dan akurat bahwa beberapa fasilitas nuklir utama Iran telah dihancurkan dan harus dibangun kembali selama bertahun-tahun," papar dia.
Sementara Presiden AS Donald Trump dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengklaim serangan itu "melenyapkan" kemampuan Iran memproduksi senjata nuklir.
Media AS kemudian melaporkan kerusakan tersebut mungkin telah dilebih-lebihkan. Penilaian awal oleh Badan Intelijen Pertahanan Pentagon menunjukkan serangan itu gagal menghancurkan komponen inti program nuklir Iran dan hanya menundanya selama beberapa bulan, menurut beberapa media yang mengutip sumber yang mengetahui temuan tersebut.
Namun, pejabat Israel mengatakan kepada Axios bahwa serangan itu menimbulkan kerusakan yang "sangat signifikan".
Trump menuduh media berusaha "merendahkan" serangan itu, yang kemudian ia bandingkan dengan pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki selama Perang Dunia II.