loading...
China bergerak cepat merevolusi sistem keuangan global dengan rencana penerapan mata uang perdagangan baru berbasis listrik. FOTO/moderndiplomacy.eu
JAKARTA - China bergerak cepat merevolusi sistem keuangan global dengan rencana penerapan mata uang perdagangan baru berbasis listrik. Strategi ini dipandang sebagai langkah ambisius Beijing untuk menantang dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan internasional, sekaligus memperkuat posisi yuan di pasar global.
Langkah ini mengingatkan pada strategi petrodolar yang dijalankan AS pada 1970-an, ketika Washington mengaitkan dolar dengan ekspor minyak Arab Saudi. Bedanya, kali ini China memanfaatkan dominasinya dalam pembangkitan listrik terutama dari energi terbarukan, untuk mendukung agenda dedolarisasi yang tengah digalakkan kelompok BRICS.
Baca Juga: BRICS Dilanda Isu Skandal Korupsi Elite, Para Pemimpinnya Sembunyikan Miliaran Dolar di Bank Swiss
Dalam skema baru itu, Watcher Guru melaporkan, ekspor listrik internasional akan dipatok menggunakan yuan. Konsep ini berpotensi mengubah arsitektur perdagangan global dan mengurangi ketergantungan banyak negara pada transaksi berbasis USD, khususnya di pasar negara berkembang.
Di sisi lain, stagnasi produksi listrik di AS sejak 2005 membuat Negeri Paman Sam tertinggal dalam memanfaatkan lonjakan kebutuhan energi global. Proyek infrastruktur besar, seperti Stargate senilai USD 500 miliar pada masa pemerintahan Donald Trump, sempat terhambat akibat keterbatasan kapasitas jaringan listrik domestik.