Filosofi Ajinomoto, Membangun Masyarakat Sehat dan Berdaya Saing

3 weeks ago 10

loading...

Ajinomoto melaksanakan pelatihan memasak dalam program Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA - Lebih dari seabad lalu, Prof. Dr. Kikunae Ikeda mengubah cara dunia memandang rasa. Pada 1908, ia menemukan bahwa kaldu rumput laut kombu mengandung asam glutamat, sumber rasa gurih yang kini dikenal sebagai umami rasa kelima setelah manis, asin, asam, dan pahit. Penemuan itu kemudian melahirkan monosodium glutamat (MSG), penyedap rasa pertama yang diproduksi massal dengan merek Ajinomoto.

Temuan Ikeda menjadi pintu masuk perbaikan gizi masyarakat Jepang pada masa itu. Lebih jauh, fondasi ilmiah ini berkembang menjadi filosofi AminoScience, pendekatan yang memadukan cita rasa lezat, gizi seimbang, dan keberlanjutan lingkungan. Filosofi inilah yang mengantar Ajinomoto menjadi perusahaan global sekaligus mitra masyarakat dalam membangun masa depan yang lebih sehat.

Baca Juga: Dukung MBG, IFSR Teken Nota Kesepahaman dengan Ajinomoto Indonesia Terkait Edukasi Makan Bergizi

Sejak kehadirannya di Indonesia pada 1969, Ajinomoto telah beradaptasi dengan tradisi kuliner Nusantara. Melalui riset dan inovasi, perusahaan ini berupaya menjaga keseimbangan antara kelezatan masakan khas Indonesia dan kebutuhan masyarakat akan pola makan yang lebih sehat.

Kini, visi global Ajinomoto tak hanya soal rasa, tetapi juga kesehatan dan keberlanjutan. Perusahaan ini menargetkan peningkatan harapan hidup sehat 1 miliar orang di dunia pada 2030, sejalan dengan semangat Indonesia yang telah memasuki usia 80 tahun kemerdekaan.

Di Indonesia, komitmen ini terwujud melalui inisiatif Ajinomoto Health Provider. Program ini mengusung empat pilar utama salah satunya kampanye "Bijak Garam". Ajinomoto mengajak masyarakat mengurangi konsumsi natrium tanpa mengorbankan cita rasa.

Read Entire Article
Prestasi | | | |