loading...
Thailand berpotensi menderita kerugian ekspor terdampak kebijakan tarif AS. FOTO/Shutterstock
JAKARTA - Thailand berpotensi menderita kerugian ekspor hingga 200 miliar baht atau sekitar Rp97 triliun) pada 2024 jika Amerika Serikat (AS) memberlakukan tarif baru sebesar 25–36% terhadap produk-produknya. Peringatan ini disampaikan oleh Universitas Kamar Dagang Thailand (UTCC), menyusul rencana AS yang akan mulai efektif pada 1 Agustus 2024.
Presiden UTCC, Thanavath Phonvichai, menyebut masih ada celah bagi Thailand untuk bernegosiasi dengan Pemerintah AS agar tarif bisa ditekan menjadi 20%. Namun, ia menegaskan bahwa peluang tercapainya kesepakatan masih belum pasti.
"Jika tarif tetap diberlakukan pada level 25–36%, dampaknya akan sangat signifikan bagi perekonomian Thailand," ujar Thanavath, dikutip dari VNA, Minggu (13/7).
Baca Juga: Perang Dagang Makin Sengit, Trump Siapkan Tarif Impor 30% untuk Eropa dan Meksiko
Lebih buruk lagi, kondisi politik dalam negeri Thailand dinilai dapat memperparah tekanan ekonomi. Pembubaran parlemen atau gagalnya pengesahan anggaran stimulus berisiko memangkas pertumbuhan ekonomi hingga 1%.









































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5121036/original/092982600_1738673422-kike-vega-F2qh3yjz6Jk-unsplash.jpg)







