loading...
Pemali Boarding School di Bangka Belitung telah mendidik lebih dari 880 siswa dari Bangka Belitung, Riau, dan Kepulauan Riau. FOTO/dok.SindoNews
JAKARTA - Pendidikan di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) masih menjadi salah satu pekerjaan rumah terbesar Indonesia menuju cita-cita Generasi Emas 2045. Meski berbagai program telah berjalan, kesenjangan akses, minimnya tenaga pendidik berkualitas, serta kondisi infrastruktur yang tertinggal terus membatasi peluang anak-anak di pelosok negeri untuk mengenyam pendidikan bermutu.
Data Dapodik Kemendikdasmen per November 2024 menunjukkan, tantangan akses digital masih memengaruhi kualitas pembelajaran. Tercatat 42.159 sekolah atau setara 19% dari seluruh sekolah di Indonesia belum memiliki akses internet. Mayoritas berada pada jenjang SD 32.914 sekolah dan SMP 7.178 sekolah. Kondisi yang timpang ini menghambat pelaksanaan pembelajaran digital maupun administrasi berbasis daring.
Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikdasmen, Yudistira Nugraha, menegaskan bahwa ketimpangan ini berkontribusi langsung pada kualitas pembelajaran di wilayah 3T. Akses internet yang tidak merata dan kondisi geografis sulit membuat banyak sekolah tertinggal dalam transformasi digital pendidikan.
"Ketimpangan ini perlu diselesaikan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak jika kita ingin mencetak generasi unggul pada 2045," ujarnya dalam sebuah Forum Evaluasi Pendidikan Nasional, belum lama ini.
Baca Juga: Prabowo Kejar Uang Koruptor untuk Dana Pendidikan












































