loading...
Jangan asal semprot, kebakaran baterai listrik ternyata tak mempan dipadamkan pakai APAR biasa karena ia memproduksi oksigen sendiri. Foto: Sindonews/Danang Arradian
KUDUS - Bayangkan sebuah api yang tidak bisa dibunuh karena ia membawa tabung oksigennya sendiri di dalam jantungnya. Ini bukan adegan film fiksi ilmiah, melainkan skenario mimpi buruk yang nyata terjadi pada kebakaran baterai kendaraan listrik tertentu.
Josaphat Bagus Purnama, Head of Design, Quality and Assurance EV Polytron, melalui edukasi teknisnya, membuka mata publik bahwa tidak semua baterai litium diciptakan setara, dan tidak semua tabung pemadam api (APAR) mampu menjadi penyelamat.
“Keselamatan di jalan raya kini bukan hanya soal helm dan rem, melainkan memahami apa yang bergejolak di balik kemasan baterai motor listrik Anda,” beber Josaphat.
NMC vs LFP: Pertarungan Kimiawi di Suhu Ekstrem
Dalam dunia baterai, terdapat dua rezim utama: NMC (Nickel Manganese Cobalt) dan LFP (Lithium Iron Phosphate). Perbedaannya bukan sekadar pada jarak tempuh, melainkan pada bagaimana mereka bereaksi saat bencana terjadi.
Data teknis menunjukkan fakta yang mengerikan tentang NMC. Saat terbakar, baterai jenis ini mengalami reaksi dekomposisi eksotermik yang kuat.
Artinya, ia terurai sembari melepaskan panas dahsyat. Lebih fatal lagi, struktur oksidanya melepaskan oksigen internal. Oksigen inilah yang membuat api semakin "mengamuk", menaikkan suhu hingga lebih dari 900 derajat Celcius dan berpotensi memicu ledakan.
Sebaliknya, LFP hadir sebagai antitesis yang lebih tenang. Saat terjadi kebakaran, LFP tidak melepaskan oksigen internal.
Yang terbakar hanyalah cairan elektrolitnya, sehingga suhu puncak jauh lebih rendah, api merambat lambat, dan jauh lebih mudah dikendalikan. Ini adalah perbedaan fundamental antara "api liar" dan "api yang bisa dijinakkan".















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1275841/original/008217000_1467034421-xconc1-24-1466766791.jpg.pagespeed.ic.9JHwnQjdHa.jpg)






























