loading...
Nvidia, pemasok utama chip AI, akan berinvestasi hingga USD100 miliar untuk membantu OpenAI membangun pusat data super masif. Foto: Gemini
NEW YORK - Di tengah pesta pora kecerdasan buatan (AI) yang membuat pasar saham Amerika Serikat melambung tinggi, bisikan-bisikan ketakutan mulai terdengar semakin kencang.
Ini karena kesepakatan raksasa senilai USD100 miliar antara "raja chip" Nvidia dan "bintang AI" OpenAI. Kesepakatan itu tak lagi dirayakan sebagai terobosan, melainkan dicurigai jad bom waktu finansial.
Banyak analis kini melihat adanya deja vu yang mengerikan: kemiripan dengan gelembung dot-com di awal tahun 2000-an yang berakhir dengan kehancuran dan kerugian miliaran dolar.
Jika terulang, dampaknya kali ini bisa jauh lebih dahsyat, karena jumlah uang yang dipertaruhkan berkali-kali lipat lebih besar.
Kesepakatan 'Aneh' Nvidia dan Open AI
Sekilas, kesepakatan Nvidia dan Open AI tampak fantastis. Nvidia, pemasok utama chip AI, akan berinvestasi hingga USD100 miliar untuk membantu OpenAI membangun pusat data super masif.
Namun, keanehan terletak pada mekanismenya. Nvidia tidak menjual chipnya, melainkan akan menyewakannya kepada OpenAI.
Ini memicu kekhawatiran tentang adanya "pembiayaan sirkular" (circular financing).
Sederhananya, ini seperti perusahaan mobil yang memberi pinjaman raksasa kepada perusahaan taksi, dengan syarat pinjaman itu harus digunakan untuk menyewa mobil dari mereka.
Di atas kertas, penjualan perusahaan mobil itu meroket. Namun pada kenyataannya, mereka hanya memutar uang mereka sendiri dan menanggung semua risiko jika bisnis taksi itu gagal.