Mengenal Diet OMAD, Tren Makan Sekali Sehari yang Banyak Dibicarakan

1 day ago 5

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela pernahkah kamu mendengar tentang diet makan sekali sehari atau yang lebih dikenal dengan istilah OMAD (One Meal A Day)? Belakangan, metode ini ramai dibicarakan karena dianggap praktis sekaligus efektif untuk menurunkan berat badan. Banyak orang yang mencoba OMAD percaya bahwa dengan hanya makan satu kali sehari, tubuh akan lebih mudah membakar lemak dan terasa lebih ringan dalam beraktivitas.

Melansir laman healthline.com konsep diet OMAD sebenarnya sederhana. Hanya harus mengonsumsi satu kali makanan utama dalam sehari, biasanya dalam jendela waktu sekitar 1–2 jam. Di luar itu, mereka hanya diperbolehkan minum air putih atau minuman tanpa kalori. Meski terdengar ekstrem, metode ini dianggap sebagian orang sebagai bentuk intermittent fasting paling ketat karena mengandalkan defisit kalori untuk mencapai hasil.

Seperti metode puasa lainnya, diet OMAD diyakini membawa sejumlah manfaat kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan praktik ini dapat membantu menurunkan berat badan, menstabilkan kadar gula darah, bahkan mengurangi risiko penyakit jantung. Selain itu, tubuh juga mendapat waktu lebih panjang untuk beristirahat dari proses pencernaan, yang diklaim dapat mengurangi peradangan dan mendukung metabolisme.

Efektivitas diet OMAD untuk turunkan berat badan

Meski begitu, dibandingkan metode lain seperti 16/8 fasting (puasa 16 jam dan makan 8 jam), OMAD termasuk yang paling ekstrem. Sebagian orang memilih pola ini karena merasa lebih simpel, tidak perlu memikirkan menu berkali-kali dalam sehari. Ada juga yang terinspirasi dari pola makan Warrior Diet, yaitu makan besar sekali di malam hari setelah seharian berpuasa.

Dari sisi penurunan berat badan, efektivitas OMAD terletak pada pengurangan asupan kalori. Saat hanya makan sekali, otomatis jumlah kalori yang masuk lebih sedikit dibanding pola tiga kali makan. Penelitian pun membuktikan bahwa puasa panjang dapat membantu menurunkan indeks massa tubuh (BMI) dan lemak tubuh. Namun, hasil ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan metode diet lain yang juga menekankan pengaturan kalori.

Selain potensi manfaatnya, diet OMAD juga punya sejumlah risiko. Membatasi makanan hanya sekali sehari bisa memicu rasa lapar ekstrem, pusing, mudah lelah, hingga sulit berkonsentrasi. Bahkan, beberapa studi menemukan pola makan ini dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL), tekanan darah, dan memperburuk respons tubuh terhadap insulin. Jika dilakukan jangka panjang, risiko kehilangan massa otot pun bisa meningkat.

Pentingnya pilihan makanan dalam diet OMAD

Tak hanya itu, OMAD tidak disarankan untuk kelompok tertentu, seperti ibu hamil, anak-anak, remaja, lansia, penderita diabetes, atau orang dengan riwayat gangguan makan. Bagi mereka, pola ini bisa menimbulkan efek samping serius, termasuk hipoglikemia atau kadar gula darah rendah. Karena itu, penting sekali berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum mencoba metode ini.

Bila seseorang tetap ingin mencoba OMAD, pemilihan makanan menjadi kunci utama. Satu kali makan haruslah benar-benar bernutrisi lengkap dan berisi karbohidrat sehat, protein, lemak baik, sayur, dan buah. Hindari hanya mengisi perut dengan makanan cepat saji, gorengan, atau minuman manis karena tubuh tidak akan mendapatkan gizi yang cukup untuk bertahan seharian penuh.

Pada akhirnya, diet OMAD memang menarik dan banyak diperbincangkan, tetapi bukan berarti cocok untuk semua orang. Jika tujuan utamanya adalah menurunkan berat badan atau hidup lebih sehat, ada banyak alternatif pola makan lain yang lebih seimbang dan minim risiko. Ingat, keberhasilan diet bukan soal tren, melainkan tentang menemukan pola makan yang bisa dijalani konsisten dan tetap mendukung kesehatan jangka panjang.

Penulis: Alyaa Hasna Hunafa

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Prestasi | | | |