loading...
BYD, pabrikan mobil listrik terbesar di China mengalami penjualan yang stagnan untuk pertama kalinya. Foto: BYD Indonesia
BEIJING - Selama bertahun-tahun, nama BYD identik dengan satu hal: pertumbuhan tanpa henti.
Namun, setiap era keemasan memiliki akhirnya, dan kini, retakan pertama pada baju zirah sang raksasa mobil listrik asal China itu mulai terlihat.
Untuk pertama kalinya dalam lebih dari lima tahun, BYD melaporkan penurunan penjualan kuartalan. Laju “sang predator” yang tampak tak terhentikan akhirnya tersandung, memicu pertanyaan : apakah ini hanyalah sandungan sesaat, atau awal dari berakhirnya sebuah dominasi?
Banjir Angka Merah
Laporan keuangan perusahaan yang dirilis pada hari Rabu (1/10/2025) melukiskan gambaran yang suram dan tak biasa bagi BYD. Berdasarkan perhitungan Reuters, data menunjukkan serangkaian angka merah yang mengkhawatirkan:
Penjualan Kuartal Ketiga (Q3) 2025: Anjlok 2,1% dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini adalah penurunan kuartalan pertama sejak kuartal kedua 2020, saat dunia pertama kali dilumpuhkan oleh pandemi COVID.
Total Unit Terjual (Q3): Sebanyak 1,106 juta mobil.
Penjualan Bulan September: Turun 5,88% dibanding tahun sebelumnya, menandai penurunan bulanan pertama sejak Februari 2024.
Produksi Bulan September: Perusahaan juga memangkas produksinya signifikan sebesar 8,47%, melanjutkan tren pengurangan output di pabrik-pabrik raksasa mereka.
Dampak Perang Harga?
Mengapa mesin pertumbuhan BYD tiba-tiba melambat? Jawabannya terletak di pasar domestik mereka sendiri: "perang harga yang semakin intensif" di China, merupakan pasar mobil terbesar di dunia.