5 Alasan Mengapa Tidak Perlu Terlalu Keras pada Diri Sendiri

3 days ago 6

Fimela.com, Malang Memang ada banyak alasan untuk menantang diri sendiri dan tidak mudah puas agar terus berusaha lebih keras. Meskipun pendekatan ini bisa sangat efektif dalam banyak kasus, namun ini bukan cara yang berkelanjutan untuk menjalani hidup. 

Penting untuk membedakan antara motivasi yang sehat dengan self-criticism yang destruktif. Motivasi yang sehat mendorong pertumbuhan dan perbaikan melalui dorongan positif dan pembelajaran dari kesalahan. Sementara self-criticism yang berlebihan menciptakan lingkaran negatif yang justru menghambat kemajuan dan merusak kesejahteraan psikologis.

Banyak orang keliru mengira bahwa menjadi keras pada diri sendiri adalah cara terbaik untuk mencapai kesuksesan. Padahal, penelitian dalam psikologi menunjukkan bahwa self-compassion atau kasih sayang pada diri sendiri justru lebih efektif dalam mencapai tujuan jangka panjang. Berikut adalah tiga alasan mengapa terlalu keras pada diri sendiri tidak ideal dan dapat merugikan.

Dampak pada Kecemasan dan Kesehatan Mental

Alasan mengapa seseorang terlalu keras pada diri sendiri adalah karena ingin menjadi lebih baik. Namun justru akan menjadi lebih cemas ketika tidak memberikan ruang untuk tumbuh. Akan terjadi overthinking dan pada akhirnya kembali ke titik awal. Kepercayaan diri akan hancur, dan ingat bahwa tidak pernah bisa menjadi baik dalam hal apapun ketika tidak percaya diri. 

Pikiran akan menjadi medan pertempuran keraguan diri dan self-talk negatif, mengikis harga diri dan self-worth. Perlu berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Beberapa orang bisa berlari tanpa rintangan, sementara yang lain harus berjalan di jalan yang tidak rata, tetapi keduanya bisa sukses. Harus mengatakan pada diri sendiri bahwa tidak apa-apa, hari ini tidak bisa, tapi besok akan bisa. Jika besok juga gagal, akan mencoba lebih keras lagi keesokan harinya.

Hubungan yang Tegang dengan Orang Lain

Terlalu keras pada diri sendiri tidak hanya mempengaruhi kondisi mental tetapi juga dapat membuat hubungan dengan orang lain menjadi tegang. Kritik diri yang konstan dan kurangnya self-acceptance dapat menyebabkan defensiveness yang meningkat, kesulitan mempercayai orang lain, dan ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif. 

Ketika terlalu kritis pada diri sendiri, mungkin tanpa sadar akan memproyeksikan pola pikir kritis tersebut kepada orang-orang di sekitar, yang mengarah pada kesalahpahaman dan konflik. Terlebih lagi, jika terlalu kritis pada diri sendiri, bisa kesulitan menerima pujian atau mengakui pencapaian. Hal ini bisa menjadi sulit bagi orang-orang terkasih dan rekan kerja yang benar-benar ingin merayakan kemenangan bersama. Belajar lebih memaafkan dan berbelaskasihan terhadap diri sendiri dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan membina hubungan yang sehat.

Dampak pada Kreativitas dan Inovasi

Self-criticism yang berlebihan dapat menghambat kreativitas dan kemampuan untuk berinovasi. Ketika terlalu takut membuat kesalahan atau tidak mencapai standar yang sangat tinggi, cenderung bermain aman dan menghindari eksperimen atau ide-ide baru. Kreativitas membutuhkan ruang untuk mencoba, gagal, dan belajar dari kesalahan. Lingkungan mental yang penuh dengan kritik diri akan menekan kemampuan alami untuk berpikir out of the box dan menciptakan solusi yang inovatif.

Pengaruh Terhadap Pengambilan Keputusan

Ketika dalam mode self-criticism yang intens, kemampuan untuk membuat keputusan yang baik dapat terganggu. Keraguan diri yang berlebihan membuat sulit untuk mempercayai judgment pribadi, yang mengakibatkan procrastination atau keputusan yang diambil berdasarkan ketakutan daripada pertimbangan yang rasional. Hal ini dapat menciptakan lingkaran setan dimana keputusan yang buruk atau tertunda kemudian menjadi alasan untuk lebih mengkritik diri sendiri.

Efek pada Sistem Imun dan Kesehatan Fisik

Stres kronis yang diakibatkan oleh self-criticism yang berlebihan tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental tetapi juga kesehatan fisik. Stres yang berkepanjangan dapat melemahkan sistem imun, mengganggu pola tidur, dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti sakit kepala, masalah pencernaan, dan kelelahan kronis. Tubuh tidak bisa membedakan antara stres dari lingkungan eksternal dengan stres yang diciptakan sendiri melalui self-talk yang negatif.

Kunci utamanya adalah menemukan keseimbangan antara standar yang tinggi dengan self-acceptance yang sehat. Dapat tetap ambisius dan berusaha mencapai tujuan tanpa harus menghukum diri sendiri ketika tidak mencapai kesempurnaan. Self-compassion yang sehat justru dapat meningkatkan motivasi jangka panjang karena menciptakan lingkungan internal yang mendukung pertumbuhan daripada menghambatnya. Dengan memperlakukan diri sendiri sebagai teman yang baik dan suportif, akan lebih mudah untuk terus berusaha dan bangkit kembali dari kemunduran dengan cara yang sustainable dan sehat.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Prestasi | | | |