Angka Stunting Nasional Turun, BGN Perkuat Program Makan Bergizi Gratis

2 weeks ago 7

Fimela.com, Jakarta Indonesia menunjukkan perkembangan positif dalam menurunkan angka stunting di tengah tantangan kesehatan yang kian kompleks. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting turun menjadi 19,8%, dari 21,5% pada 2023. Capaian ini berhasil melampaui target nasional tahun 2024 yang dipatok pada angka 20,1%.

Peran Penting Badan Gizi Nasional

Badan Gizi Nasional (BGN) menjadi motor utama yang mendorong berbagai intervensi nyata. Program-program yang dijalankan tidak hanya menyasar gizi spesifik untuk balita, ibu hamil, dan ibu menyusui, melainkan juga mencakup intervensi sensitif. Hal ini meliputi perbaikan sanitasi, peningkatan akses air bersih, edukasi pola konsumsi sehat, serta penguatan pangan lokal.

Salah satu terobosan andalan BGN adalah Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disalurkan melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Hingga Agustus 2025, Kepala BGN Dadan Hindayana mengungkapkan penerima manfaat MBG telah melampaui 15 juta orang. "Penerima manfaatnya sudah di atas 15 juta dan insyaallah akan mendekati angka 20 juta," ujar Dadan setelah menghadiri pertemuan dengan Presiden di Istana Negara.

Ia juga menegaskan pentingnya perhatian pada kelompok paling rentan. "Sekitar 60% anak-anak dari kalangan ini tidak punya akses yang baik terhadap makanan dengan gizi seimbang. Anak-anak mereka juga jarang minum susu karena tidak mampu beli susu. Mereka yang sekarang ada dalam kandungan tetapi 20 tahun kemudian di 2045 akan menjadi tenaga kerja produktif," jelas Dadan saat memaparkan urgensi MBG dan intervensi gizi secara menyeluruh.

Sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah

Keberhasilan penurunan angka stunting menjadi sorotan banyak pihak karena efektivitas intervensi spesifik dan sensitif. Di survei SSGI 2024, selain angka stunting, indikator wasting juga menunjukkan penurunan menjadi 7,4%, meski catatan underweight sedikit meningkat. Data-data ini memberi gambaran bahwa situasi gizi balita tidak homogen di seluruh provinsi dan kabupaten, sehingga

Kolaborasi lintas kementerian/lembaga serta pemerintah daerah menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi percepatan. BGN bekerja bersama Kementerian Kesehatan, BKKBN, Kementerian PUPR, Kementerian Sosial, dan juga pemerintah daerah dalam penyediaan sarana sanitasi, distribusi pangan bergizi, hingga penyediaan alat ukur antropometri di Posyandu.

Di tingkat daerah, peran Pemda semakin penting. Kepala BGN menegaskan tiga fungsi Pemda dalam mendukung program MBG: pembangunan infrastruktur, rantai pasok pangan bergizi, dan penyaluran MBG bagi ibu hamil, ibu menyusui, serta balita secara bersama-sama. "Saya kira itu yang saya sampaikan dan terutama kami ingin agar koordinasi dengan para kepala daerah bisa berjalan lebih intens, lebih sinergi, lebih harmoni dan bersama-sama menyukseskan program Makan Bergizi Gratis," ucap Dadan Hindayana.

Meskipun tren penurunan sudah positif, target agresif pemerintah tetap menantang. Untuk tahun 2025, pemerintah menargetkan prevalensi stunting ke angka 18,8%. Untuk mencapai itu, diperlukan percepatan intervensi terutama di enam provinsi yang menyumbang sekitar 50% total kasus stunting yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Banten.

Data dan Dukungan Kemitraan

BGN menyadari bahwa data berbasis lokasi (kabupaten/kota), status sosial ekonomi, dan kelompok umur memainkan peran penting dalam merancang intervensi yang efektif. Pemantauan berbasis data kini menggunakan sistem yang lebih presisi, termasuk penggunaan data survei lokal dan pemetaan wilayah prioritas agar program seperti MBG dan intervensi spesifik dapat menyasar mereka yang paling membutuhkan.

Sebagai motor penggerak, BGN tidak hanya menjalankan program, tetapi juga memobilisasi mitra dan sumber daya dari lapisan masyarakat, organisasi keagamaan, swasta, hingga pemerintah desa. Dalam laporan terbaru, SPPG yang menjalankan MBG telah tersebar ke 38 provinsi, 502 kabupaten, dan 4.770 kecamatan. Dukungan kemitraan seperti TNI, Polri, BIN, organisasi keagamaan, asosiasi usaha katering, dan pelaku usaha lokal memperluas jangkauan dan kecepatan program. Sekretariat Negara

Penurunan prevalensi stunting ke angka 19,8% merupakan capaian penting, namun belum menjadi akhir. Dengan peran BGN sebagai penggerak, ditopang data yang akurat serta kolaborasi lintas pihak, target menurunkan stunting ke 18,8% pada 2025 diyakini dapat tercapai. Semua langkah ini diarahkan demi mewujudkan generasi Indonesia yang sehat, produktif, dan siap menuju Indonesia Emas 2045.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Prestasi | | | |