Bukan Sekadar Mitos, Ini Gejolak Emosi Puber Kedua pada Perempuan di Usia 40an

2 months ago 25

ringkasan

  • Puber kedua pada perempuan di usia 40an adalah istilah populer untuk menggambarkan perubahan emosional dan fisik yang terkait dengan perimenopause dan krisis paruh baya.
  • Fluktuasi hormon estrogen dan progesteron selama perimenopause menjadi pemicu utama perubahan suasana hati, iritabilitas, kecemasan, dan depresi yang intens.
  • Gejolak emosi ini dapat memengaruhi hubungan interpersonal secara signifikan, menyebabkan kesalahpahaman, perubahan hasrat seksual, hingga meningkatkan risiko perceraian.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, mungkin Anda pernah mendengar istilah 'puber kedua' yang sering dikaitkan dengan perubahan perilaku atau emosi pada seseorang di usia paruh baya. Fenomena ini, khususnya pada perempuan di usia 40an, memang bukan diagnosis medis resmi, namun merujuk pada serangkaian perubahan emosional dan fisik yang signifikan. Perubahan ini lebih tepat dikaitkan dengan periode perimenopause dan krisis paruh baya yang membawa tantangan tersendiri.

Apa sebenarnya yang terjadi ketika seorang perempuan mengalami 'puber kedua' ini dan mengapa istilah tersebut sering digunakan? Istilah ini populer karena kemiripan fluktuasi emosi dan pencarian jati diri yang terjadi, mirip dengan masa pubertas pertama. Periode ini merupakan bagian alami dari proses penuaan yang melibatkan adaptasi dan refleksi mendalam.

Memahami 'puber kedua pada perempuan di usia 40an' menjadi krusial, terutama bagi mereka yang mengalaminya maupun pasangan dan keluarga di sekitarnya. Artikel ini akan mengupas tuntas apa itu 'puber kedua', penyebab utamanya, serta bagaimana gejolak emosi ini memengaruhi hubungan dan kehidupan sehari-hari. Mari kita selami lebih dalam fenomena menarik ini.

Memahami Puber Kedua: Antara Perimenopause dan Krisis Paruh Baya

Istilah 'puber kedua' memang bukan istilah medis, namun secara umum menggambarkan perubahan perilaku dan emosi pada wanita paruh baya, sekitar usia 40 hingga 65 tahun. Periode ini sering disamakan dengan masa pubertas pertama karena adanya fluktuasi emosi dan pencarian jati diri yang intens. Ini adalah bagian alami dari proses penuaan yang perlu dipahami.

Secara medis, perubahan yang dialami wanita di usia 40-an ini lebih akurat dijelaskan melalui dua konsep utama. Pertama, ada perimenopause, masa transisi beberapa tahun sebelum menopause yang ditandai oleh fluktuasi kadar hormon estrogen dan progesteron yang tidak stabil. Ketidakstabilan hormonal ini dapat memicu berbagai gejala fisik dan emosional yang signifikan.

Kedua, ada krisis paruh baya atau midlife crisis, yaitu periode gejolak emosional dan keraguan diri yang signifikan. Krisis ini sering dipicu oleh refleksi terhadap pencapaian hidup, penuaan, dan mortalitas, yang dapat melibatkan evaluasi ulang tujuan pribadi, profesional, dan hubungan. Kedua kondisi ini seringkali tumpang tindih, menciptakan pengalaman yang kompleks bagi perempuan.

Gejolak Emosional Akibat Perubahan Hormonal

Para ahli sepakat bahwa fluktuasi hormon selama perimenopause adalah pendorong utama perubahan emosional pada wanita usia 40-an. Pergeseran ini dapat menyebabkan perubahan suasana hati, iritabilitas, kecemasan, dan bahkan depresi. Wanita dalam perimenopause memiliki risiko depresi yang sangat tinggi.

Selain itu, Sahabat Fimela mungkin mengalami perubahan suasana hati yang drastis, mulai dari euforia hingga keputusasaan, seringkali tanpa pemicu yang jelas. Ada juga perasaan kehilangan dan kesedihan, meratapi berakhirnya tahun-tahun reproduktif, hilangnya kesuburan, dan pergeseran identitas diri. Kekhawatiran tentang penuaan, masalah kesehatan, dan kematian juga dapat muncul.

Kecemasan dan ketidakpastian seringkali menyertai periode ini, dengan kekhawatiran tentang perkembangan gejala dan bagaimana menghadapi perubahan di masa depan. Penurunan toleransi stres juga umum terjadi, di mana tantangan kecil dapat terasa sangat membebani, menyebabkan frustrasi, iritabilitas, dan mudah marah. Semua ini adalah bagian dari kompleksitas puber kedua pada perempuan di usia 40an.

Dampak Puber Kedua pada Hubungan Interpersonal

Perubahan emosional selama 'puber kedua' dapat memberikan tekanan signifikan pada hubungan interpersonal, terutama kemitraan intim. Kesalahpahaman dan keretakan komunikasi bisa terjadi karena perubahan suasana hati dan iritabilitas yang membingungkan pasangan. Pasangan mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang sedang dialami.

Perubahan hasrat seksual dan keintiman juga menjadi isu penting. Gejala fisik seperti hot flashes, kelelahan, dan kekeringan vagina dapat memengaruhi keintiman. Wanita mungkin merasa tidak percaya diri dengan tubuhnya atau kekurangan energi/hasrat untuk keintiman, yang dapat membuat pasangan merasa ditolak atau kurang menarik. Ini adalah aspek krusial dari puber kedua pada perempuan di usia 40an.

Menariknya, sebuah studi menyebutkan bahwa lebih dari 60 persen perceraian diprakarsai oleh wanita di usia 40-an, 50-an, atau 60-an. Ini menunjukkan keinginan untuk kemandirian dan ruang pribadi yang meningkat, bahkan mendorong beberapa wanita untuk mengakhiri pernikahan demi membangun kemandirian. Pencarian pengalaman baru dan makna hidup juga dapat memicu keinginan untuk mencoba hal-hal baru, termasuk dalam konteks hubungan.

Tanda-tanda Emosional Puber Kedua yang Perlu Diketahui

Wanita yang mengalami 'puber kedua' secara emosional dapat menunjukkan beberapa tanda yang perlu diperhatikan. Perubahan suasana hati yang fluktuatif adalah salah satunya, di mana mereka mengalami pasang surut emosi yang intens, mudah tersinggung, cemas, atau depresi. Perasaan tidak puas atau hampa juga bisa muncul, membuat mereka merasa bosan, apatis, atau tidak puas dengan pencapaian hidup.

Pencarian jati diri dan tujuan hidup menjadi lebih menonjol, dengan mempertanyakan pilihan hidup, identitas, dan makna keberadaan. Ada keinginan kuat untuk perubahan, dorongan untuk mencoba hal baru, mengejar hobi yang tertunda, atau bahkan membuat keputusan impulsif. Nostalgia dan fokus pada masa lalu juga sering terjadi, dengan sering merenungkan 'masa lalu' atau merasa rindu akan masa muda.

Penurunan toleransi terhadap stres juga menjadi indikator, di mana tantangan kecil terasa sangat membebani. Peningkatan perhatian pada penampilan, seperti berusaha memperbaiki penampilan, berolahraga lebih sering, atau mengubah gaya hidup untuk merasa lebih muda dan menarik, juga bisa menjadi tanda. Terakhir, perubahan hasrat seksual, baik meningkat atau menurun, dapat memengaruhi kepercayaan diri serta keintiman dalam hubungan, melengkapi kompleksitas puber kedua pada perempuan di usia 40an.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Vinsensia Dianawanti

    Author

    Vinsensia Dianawanti
Read Entire Article
Prestasi | | | |