Cellvation, Inovasi Unik dari Eropa yang Ubah Tisu Toilet Bekas Jadi Deterjen

1 month ago 12

Fimela.com, Jakarta Meski bukan kebutuhan primer, penggunaan tisu toilet berkontribusi pada perusakan lingkungan yang cukup signifikan. Dalam perkiraan global menunjukkan produk sampah harian dari penggunaan tisu toilet bisa mencapai jutaan ton yang setara dengan menghabiskan 270ribu pohon setiap harinya.

Di Indonesia sendiri, sampah tisu bisa mencapai 25ribu ton setiap tahun dan kerap kali berkontribusi pada masalah sampah anorganik. Pasalnya, tisu toilet termasuk menjadi sampah anorganik yang sulit diurai. Membutuhkan waktu 2-minggu untuk tisu toilet bisa terurai dengan sempurna.

Dampaknya, tisu toilet berpotensi menyumbat saluran air dan mencemari tanah serta air akibat bahan kimia yang digunakan utnuk memproduksi tisu toilet. Untuk menanggulangi bahaya sampah tisu toilet bekas, sebuah perusahaan air United Utilities di fasilitas pengolahan limbah Blackburn, Inggris, sedang mengembangkan inovasi unik.

Perusahaan tersebut berhasil mengekstrak gula pada tisu toilet yang dibuang ke saluran pembuangan. Proses ekstraksi ini disebut oleh Cellvation yang sebelumnya dikembangkan di Belanda.

Dari tisu toilet jadi deterjen

Proses ini melibatkan penyaringan dan pemadatan kertas toilet untuk kemudian ditambahkan enzim dan bahan kimia agar tisu toilet bisa dicerna. Campuran tersebut dipanaskan selama dua hari hingga dapat mengurai selulosa menjadi glukosa. Glukosa hasil ekstraksi tidak akan dijadikan produk makanan, melainkan akan diarahkan untuk kepentingan industri, seperti pembuatan biofuel, bioplastik, dan deterjen ramah lingkungan.

"Dengan lebih dari 200 ribu tisu toilet bekas yang mengalir ke instalasi pengolahan ini, kami memiliki banyak sekali tisu toilet untuk diolah," tutur Lisa Mansell, Kepala Insinyur Inovasi dan Karbon United Utilities mengutip BBC.

Menurutnya, ada banyak potensi pemanfaatan biopolimer seperti glukosa untuk dijadikan produksi biofuel. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan alternatif pada pembuatan bioplastik dan deterjen yang ramah lingkungan.

Selain Cellvation, perusahaan juga sedang menguji teknologi lain untuk mengekstraksi biopolimer dari lumpur limbah. Ekstrak ini disebut mampu memberi manfaat dalam pengurangan emisi karbon untuk sektor air dan berbagai industri lainnya di Inggris.

Mengolah limbah minyak goreng bekas

Di Australia, muncul pengolahan limbah dari minyak goreng bekas yang dihasilkan oleh produsen camilan, seperti Thins, CCs, dan Cheezles. Baru saja selesai dilakukan uji coba yang menggunakan minyak goreng bekas sebagai bahan utama kemasan. Dikutip dari ABC News, proyek ini dilakukan di kilang Viva Energy yang biasanya menghasilkan plastik lunak berbahan bakar fosil.

Sekitar 120 ton minyak jelantah dari fasilitas Snackbrands di Sidney diangkut ke kilang Viva Energy yang berlokasi di Geelong untuk dilakukan uji coba awal. Minyak tersebut diproses menjadi bahan plastik ramah pangan sebelum diubah menjadi kemasan. Uji coba ini menghasilkan 100 ton plastik lunak dan diproduksi menjadi sekitar 15 juta bungkus makanan ringan.

Biasanya, minyak goreng bekas dimanfaatkan untuk pakan ternak atau biodesel. Dengan hadirnya inovasi ini membuat minyak goreng bekas mendapat fungsi yang lebih strategis sebagai bahan utama plastik kemasan makanan. Proses ini melibatkan pemanasan minyak hingga berubah menjadi pelet plastik yang diproses lebih lanjut menjadi plastik berkualitas pangan.

"Ini berarti kami mengimpor lebih sedikit bahan bakar fosil atau lebih sedikit kapal tanker minyak yang datang ke pelabuhan di Australia," kata Tracey Seager, direktur inovasi dan keberlanjutan Snackbrands Australia.

Tantangan baru

Meski demikian, inovasi ini menemui pertanyaan besar terkait akhir masa pakai kemasan. Saat ini kemasan berbahan minyak goreng bekas hanya bisa berakhir di tempat pembuangan akhir, bukan jalur daur ulang. James Harrington, manajer penjualan dan komersial Viva Energy, mempertimbangkan teknologi pirolisis plastik sebagai salah satu solusi

Teknologi ini melibatkan pemanasan kembali plastik pada suhu sangat tinggi untuk menghasilkan minyak baru. Ia menjelaskan, "Kami sedang mencari cara agar kemasan ini bisa dibuang dalam kantong di tempat daur ulang biasa atau dikembalikan ke toko."

Perusahaan juga sedang meneliti keamanan dan integritas plastik hasil daur ulang ini, dan sejauh ini belum menemukan dampak buruk terhadap lingkungan. Namun, Harrington menegaskan bahwa keberhasilan jangka panjang proyek ini sangat membutuhkan investasi, regulasi, dan dukungan pemerintah terkait target konten daur ulang.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Prestasi | | | |