Fimela.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan yang membutuhkan solusi cepat dan efektif. Namun, tanpa disadari, banyak dari kita cenderung menggunakan cara berpikir yang sama berulang kali, mengikuti pola yang sudah ada tanpa mencoba melihat kemungkinan lain. Hal ini wajar, karena otak manusia terbiasa mencari jalur yang paling mudah dan familiar dalam menyelesaikan masalah.
Namun, pernahkah Sahabat Fimela merasa buntu saat menghadapi suatu permasalahan, seolah-olah tidak ada jalan keluar? Atau justru menemukan solusi di saat yang tidak terduga, seperti ketika sedang berbincang santai atau melakukan aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan masalah tersebut? Ternyata, ada cara berpikir yang memungkinkan kita untuk keluar dari pola konvensional dan menemukan pendekatan baru yang lebih segar dan inovatif.
Dalam dunia kreativitas dan problem solving, kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda menjadi keterampilan yang sangat berharga. Sebuah konsep bernama lateral thinking menawarkan cara berpikir yang lebih fleksibel, memungkinkan kita untuk menemukan solusi yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Lalu, apa sebenarnya lateral thinking itu? Bagaimana cara mengasahnya dalam kehidupan sehari-hari? Melansir interaction-design.org, berikut adalah penjelasan mengenai apa itu lateral thinking.
Apa Itu Lateral Thinking?
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan solusi inovatif. Namun, pola pikir yang kita gunakan cenderung mengikuti jalur yang sudah ada dan terbiasa dengan cara berpikir linier. Lateral thinking, atau berpikir lateral, adalah metode berpikir kreatif yang memungkinkan kita melihat suatu masalah dari perspektif yang tidak biasa dan menemukan solusi dengan pendekatan yang lebih fleksibel. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Edward de Bono, seorang pelopor dalam bidang pelatihan otak. Ia menggambarkan lateral thinking sebagai cara untuk menggali perspektif baru dengan tidak hanya memperdalam pemahaman kita terhadap suatu masalah, tetapi juga dengan mencari jalur berpikir yang benar-benar berbeda. Seperti yang ia katakan, "You cannot dig a hole in a different place by digging the same hole deeper." Artinya, kita tidak bisa menemukan solusi baru jika tetap menggunakan pola pikir yang sama.
Lateral Thinking vs. Linear Thinking
Sebagian besar masalah yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari sering diselesaikan dengan pendekatan logis dan sistematis yang disebut linear thinking. Pendekatan ini mengikuti langkah-langkah yang jelas dan terstruktur, seperti dalam pemecahan masalah matematika atau proses ilmiah. Kita tahu dari mana harus mulai dan bagaimana mencapai solusi berdasarkan pengalaman dan aturan yang ada. Namun, ada banyak masalah yang tidak memiliki jawaban pasti atau memerlukan pendekatan yang lebih fleksibel, terutama dalam dunia desain, bisnis, dan inovasi. Lateral thinking hadir sebagai alternatif dari pola pikir linier dengan membantu kita keluar dari batasan yang tidak disadari dan menemukan pendekatan yang benar-benar baru.
Manfaat Lateral Thinking
Menggunakan lateral thinking dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari memiliki berbagai manfaat. Dengan melihat masalah dari berbagai sudut pandang, kita dapat menemukan solusi yang lebih kreatif dan efektif. Berpikir lateral juga membantu kita untuk lebih fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dan menerima kemungkinan-kemungkinan baru yang sebelumnya tidak terpikirkan. Dalam pengambilan keputusan, lateral thinking memungkinkan kita untuk mempertimbangkan berbagai alternatif dan membuat keputusan yang lebih matang serta menyeluruh. Selain itu, dalam dunia kreatif seperti desain, pemasaran, dan pengembangan produk, lateral thinking dapat meningkatkan kreativitas dan menghasilkan inovasi yang belum pernah ada sebelumnya.
Teknik Lateral Thinking yang Bisa Dicoba
Untuk mulai menerapkan lateral thinking, ada beberapa teknik yang bisa digunakan. Salah satunya adalah provokasi dan tantangan, yaitu dengan menantang asumsi yang ada dan membuat pernyataan yang tampaknya salah atau tidak masuk akal untuk memicu pemikiran kreatif. Misalnya, kita bisa bertanya, "Apa yang terjadi jika sekolah tidak memiliki kelas tradisional?" atau "Bagaimana jika pelanggan tidak perlu membayar langsung untuk layanan?" Dengan cara ini, kita dapat menemukan perspektif baru yang membuka jalan bagi solusi inovatif. Teknik lain yang dapat diterapkan adalah menggunakan metafora acak, di mana kita mengambil kata atau objek secara acak dan mencari hubungan atau inspirasi yang dapat diterapkan pada masalah yang sedang dihadapi. Misalnya, jika kita memilih kata "pameran," kita bisa mengasosiasikannya dengan pengalaman visual dan interaktif yang dapat diterapkan dalam pengembangan aplikasi wisata berbasis pengalaman virtual.
Teknik SCAMPER juga dapat digunakan untuk mengembangkan ide baru dengan mengajukan pertanyaan yang membantu kita berpikir lebih luas, seperti mengganti elemen dalam suatu konsep, menggabungkan beberapa ide, menyesuaikan ide untuk konteks yang berbeda, atau membalik konsep yang sudah ada. Selain itu, metode Six Thinking Hats yang dikembangkan oleh Edward de Bono dapat membantu kita menganalisis suatu masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda, seperti melihat fakta dan data, mempertimbangkan intuisi dan perasaan, menganalisis risiko, menyoroti manfaat, serta memikirkan solusi kreatif. Dengan metode ini, kita dapat mencapai pemahaman yang lebih menyeluruh dalam proses berpikir kreatif.
Contoh Penerapan Lateral Thinking dalam Kehidupan Nyata
Banyak inovasi besar yang lahir dari lateral thinking. Salah satu contohnya adalah pengembangan defibrilator dan perawatan jantung mobile. Sebelum inovasi ini, pasien serangan jantung hanya bisa mendapatkan pertolongan di rumah sakit. Dengan menerapkan lateral thinking, muncul ide untuk memberikan perawatan darurat di lokasi kejadian, yang kini menjadi standar dalam layanan medis darurat. Contoh lainnya adalah Uber, yang mengubah paradigma layanan transportasi dengan memungkinkan individu untuk menggunakan mobil mereka sendiri sebagai alat transportasi umum, tanpa perlu membangun armada taksi sendiri. Inovasi serupa juga dapat ditemukan pada Airbnb, yang memanfaatkan rumah dan apartemen pribadi sebagai tempat penginapan, mengubah cara orang mengakses akomodasi tanpa harus membangun hotel baru. Dengan berpikir di luar kebiasaan, berbagai industri telah mengalami revolusi yang mengubah cara kita hidup dan bekerja.
Lateral thinking adalah keterampilan berpikir yang sangat berharga dalam menghadapi tantangan yang kompleks dan membutuhkan solusi inovatif. Dengan menerapkan berbagai teknik seperti provokasi, metafora acak, SCAMPER, dan Six Thinking Hats, kita dapat melatih diri untuk berpikir lebih fleksibel dan kreatif. Dalam dunia yang terus berkembang, kemampuan untuk berpikir di luar kebiasaan menjadi semakin penting. Dengan mengasah lateral thinking, kita bisa menemukan solusi yang lebih efektif, meningkatkan kreativitas, dan menghadapi tantangan dengan cara yang lebih inovatif. Jadi, apakah Sahabat Fimela sudah siap untuk mulai berpikir lateral hari ini?
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5167432/original/089322800_1742357073-frustrated-asian-girl-shrugging-looking-bothered-annoyed-cant-understand-smth-standing-tshirt.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5167433/original/047812400_1742357077-excited-asian-woman-with-short-dark-hair-pitching-idea-raising-finger-eureka-gesture-smiling-standing-blue-background.jpg)













































