Fimela.com, Jakarta Sean Taffin de Givenchy, pewaris merek mewah Perancis ternama Givenchy, baru-baru ini melangsungkan pernikahan. Menariknya, ia menikahi perempuan asal Korea, Jung Dahye. Beberapa media Prancis mengatakan jika pernikahan ini merupakan “wedding of the year.”
Menurut laporan, kisah cinta mereka dimulai pada tahun 2018 di McGill University, Montréal, Kanada — tempat di mana Sean Taffin de Givenchy dan Jung Dahye pertama kali bertemu. Mereka mulai berpacaran dan akhirnya bertunangan pada tahun 2024 di New York.
Dalam wawancara menyentuh bersama Vogue France, Sean mengenang pertama kali ia memperhatikan Dahye saat gadis itu menjadi relawan di sebuah acara kampus. Dahye terlihat membantu hal-hal kecil seperti menitipkan mantel tamu dan membagikan air minum.
Sean mengaku terlalu malu untuk berbicara dengannya saat itu, namun kemudian mereka diperkenalkan oleh teman-teman bersama dan akhirnya saling bertukar nomor telepon. Dari pertemuan sederhana itulah, kisah manis mereka dimulai — yang kemudian berujung pada pernikahan bak dongeng yang viral dan penuh kemewahan di Paris.
Ketika pasangan itu mulai merencanakan pernikahan, Dahye sedang menempuh program magisternya, dan Sean bekerja penuh waktu, sehingga mereka tidak punya banyak waktu luang.
"Saya rasa bagian tersulitnya adalah memulai semuanya. Untungnya, kami punya waktu satu setengah tahun penuh untuk merencanakan setelah ikatan sipil kami di New York City, jadi tidak adanya tekanan waktu tentu sangat membantu,” kata Sean
Pernikahan Digelar Selama Tiga Hari
Pernikahan tersebut berlangsung selama tiga hari pada bulan Agustus di Katedral Sainte-Clotilde, Paris. Melansir Vogue, pernikahan mereka digelar di akhir musim panas di Paris, tempat ibu dan saudara laki-laki Sean saat ini tinggal. Sean menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di Prancis, dan mengingat pasangan ini merayakan ikatan sipil mereka di New York, rasanya tepat untuk melangsungkan pernikahan di gereja di negara asal mempelai pria.
Pernikahan dimulai dari tanggal 28 hingga 30 Agustus, dimulai dengan makan malam gladi resik untuk keluarga inti dan pesta pernikahan, kemudian makan siang penyambutan untuk anggota keluarga dan teman-teman yang lebih muda, dan terakhir upacara pernikahan serta resepsi.
“Saya sangat senang kami dapat memperpanjang acara karena memberi kami waktu untuk benar-benar terhubung dan berbincang dengan keluarga dan teman-teman yang sudah lama tidak kami temui," kata Sean.
Hari ke-2 digelar brunch sambutan diadakan keesokan harinya di hotel Le 5 Particulier. Dahye mengatakan hotel tersebut permata tersembunyi ini terletak di Neuilly, sebuah kawasan menawan di pinggiran kota Paris.
"Areanya memiliki taman pribadi yang rimbun dan membuatmu merasa seperti berada di luar pusat kota,” kata Dahye.
Hari ketiganya, upacara pernikahan dilangsungkan pada hari Sabtu di Basilique Sainte-Clotilde. “Dahye dan saya sama-sama dibesarkan sebagai umat Katolik, jadi kami tahu kami ingin mengadakan upacara misa,” jelas Sean.
Konsep pernikahannya elegan, berkelas, dan mencerminkan gaya khas Paris (Parisian) sesuai dengan Brand Givenchy identik dengan keanggunan, kemewahan, dan haute couture khas Prancis. Konsep ini dipikirkan langsung oleh mempelai perempuan dengan membuat lebih dari 100 halaman presentasi berisi ide visual, contoh dekorasi, bunga, busana, hingga suasana yang diinginkan.
"Visi saya untuk pernikahan ini abadi, klasik, dan tak diragukan lagi bernuansa Paris. Saya sangat terobsesi dengan papan visi, jadi saya menghabiskan banyak akhir pekan mencari gambar yang menunjukkan suasana dan inspirasi untuk setiap acara. Setelah saya puas dengan papan visi ini—yang berupa presentasi PowerPoint berisi lebih dari 100 slide—saya membagikannya kepada Marie, dan dia pun mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mencari vendor dan desainer yang tepat dari sana,” kata Dahye kapada Vogue.
Gaun pernikahan
Untuk acara pembukaan, Dahye mengenakan gaun Victoria Beckham. Tampilan ini merupakan perpaduan sempurna antara garis-garis klasik dan detail yang tak terduga.
"Saya suka gaun satin abadi yang melekat di tubuh dan juga memiliki sentuhan modern berupa tali hitam bersilang dan ekor yang menjuntai hingga ke lantai,” kata sang pengantin wanita. Sedangkan, Blazernya adalah merek Korea Kimhekim. Blazernya klasik, tetapi dengan detail ruching feminin dan mutiara di bagian depan.
Saat hari pernikahan, sang pengantin wanita mengenakan gaun memukau rancangan Andrew Kwon, seorang desainer Korea-Amerika yang memberikan penghormatan kepada warisan budayanya. Penampilannya merupakan perpaduan indah antara elemen Korea dan Paris. Penampilannya meninggalkan kesan mendalam di internet dan semua orang meninggalkan komentar manis.
Pengantin wanita mengenakan gaun rancangan Andrew Kwon saat berjalan menuju altar. Ia bertemu sang desainer secara kebetulan di sebuah acara jejaring industri pengantin, dan mereka langsung merasa cocok karena memiliki latar belakang Korea yang sama. Dahye jatuh cinta pada gaun pesta tanpa tali berbahan satin tebal.
"Selama upacara, saya benar-benar merasa seperti berada di awan. Berjalan menuju altar bersama ayah saya, melihat semua wajah tersenyum dari orang-orang yang paling saya cintai dan mereka yang telah membesarkan saya adalah perasaan yang tak terlukiskan,” kenang Dahye.
Menggunakan bahan sutra double duchess satin, cape taffeta dramatis yang melambangkan keanggunan haute couture, serta kerudung tulle sepanjang katedral yang memberi kesan sakral dan megah.
Cincin Tunangan, Pernikahan, hingga souvenir
Cincin pertunangan dan cincin pernikahan mereka pun dirancang oleh Taffin, menjadikannya simbol ikatan cinta sekaligus warisan keluarga. Untuk cincin pertunangan, Sean memilih model dengan band keramik berwarna biru muda (light turquoise ceramic band) yang menjadi ciri khas Taffin, dipadukan dengan berlian berbentuk pear (pear-shape diamond).
Dahye menyebut bahwa salah satu hadiah pertama yang diberikan Sean adalah cincin keramik Taffin berwarna biru — dan cincin pertunangan mereka mengambil inspirasinya dari itu.
Ciri khas cincin dari Taffin adalah band keramik berwarna. Untuk pertunangan, Sean memilih band keramik warna biru muda (light-blue ceramic band) yang dipadukan dengan berlian bentuk pear (pear-shape diamond).
Meski gaunnya bergaya Parisian, elemen Korea muncul dalam souvenir lilin yang dibungkus kain bojagi (kain tradisional Korea) dengan hiasan norigae (tassel charm tradisional Korea) yang biasanya digunakan sebagai aksesori pakaian hanbok.
Dia menyebut bahwa ia “wanted to capture a sense of Korean sentiment” melalui souvenir-nya. Lilin tersebut tidak hanya sebagai kenang-kenangan, tetapi juga sebagai gestur terima kasih kepada tamu yang hadir—dengan balutan estetika yang memperkuat identitas pengantin wanita
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5396716/original/003573300_1761784620-IMG_9915_1_.jpeg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5396717/original/030613300_1761784620-IMG_9918_2_.jpeg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5396718/original/054778500_1761784620-IMG_9917_3_.jpeg)












































