loading...
Suasana musim dingin di Makkah membuat sejuk hati para tamu Allah. Foto/IMG - Arie Dwi Satrio
MAKKAH - Musim dingin di Makkah tidak pernah hadir dengan gemuruh. Ia datang perlahan, hampir tanpa tanda, namun cukup untuk membuat siapapun yang pernah merasakannya mengerti bahwa udara kota suci memiliki karakternya sendiri.
Ketika matahari mulai condong ke barat dan bayangan bukit-bukit batu memanjang di tanah gurun, hawa panas yang biasanya membungkus Makkah berubah menjadi hembusan sejuk yang memeluk lembut para tamu Allah.
Dini hari, suhu mencapai titik terendahnya. Napas para jemaah berubah menjadi kabut tipis, mengambang sejenak di udara sebelum tersapu angin. Jalanan menuju Masjidil Haram dipenuhi langkah-langkah manusia yang datang dari segala penjuru dunia, masing-masing membawa doa, rindu, dan harapan yang tidak pernah usai.
Baca Juga : Gelar Travel Fair di Jakarta, Ini 7 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi 2026
Di pelataran Kakbah, marmer terasa sangat dingin seperti batu yang baru terangkat dari kegelapan malam. Para jemaah merapatkan kain ihrom, mengusap tangan, namun tidak memperlambat langkah mereka. Tawaf tetap berlangsung, meski angin dingin berputar-putar di sela tiang-tiang Masjidil Haram.
Di tengah arus manusia itulah hadir suara yang memahami benar musim dingin di kota suci. Nurhadi, yang telah bekerja lebih dari 13 tahun di salah satu hotel Mekah, menjelaskan bagaimana bulan-bulan tertentu menjadi masa tersibuk.















































