Ramalan Miliarder Ray Dalio: Emas dan Bitcoin Bakal Melesat Sebelum Krisis Baru Meledak

3 hours ago 4

loading...

Peringatan Ray Dalio menyoroti pergeseran menuju pelonggaran moneter agresif di tengah pertumbuhan rendah dan utang tinggi, kondisi yang secara historis mengikis nilai mata uang. Foto/Dok

JAKARTA - Investor dan pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio memperingatkan, bahwa stimulus Federal Reserve ( The Fed ) AS saat ini sedang membengkakkan gelembung pada aset keras dan menandai tahap akhir siklus ekonomi 75 tahun. Berbeda dengan pelonggaran pada masa resesi biasanya, Fed memotong suku bunga di tengah pengangguran rendah dan pertumbuhan, kombinasi yang meningkatkan risiko inflasi dan utang.

Dalio memperingatkan bahwa defisit fiskal dan pelonggaran kuantitatif pada dasarnya memonetisasi utang pemerintah, memperdalam pelemahan mata uang. Kondisi ini, dipacu oleh stimulus Fed dan defisit besar, mendukung aset penyimpan nilai seperti Bitcoin (BTC) dan emas sebagai lindung nilai terhadap risiko makro dan geopolitik.

Dengan sebagian besar investor mengantisipasi pemotongan suku bunga 25 basis poin dalam pertemuan FOMC Desember, pemotongan suku bunga sebelumnya telah sepenuhnya tercermin di pasar, membatasi dampaknya. Pedagang harus memantau keputusan fiskal dan moneter yang akan datang untuk mengukur efeknya pada inflasi, harga aset, dan stabilitas pasar kripto.

Baca Juga: Ray Dalio Kirim Peringatan Serius ke Amerika: Utang Membengkak Sentuh Rp603.174 Triliun

"Apakah Anda melihat pengumuman Fed bahwa mereka akan menghentikan QT (Pengetatan Kuantitatif) dan memulai QE (Pelonggaran Kuantitatif)? Bagaimanapun Anda melihatnya, itu adalah langkah pelonggaran," tulis Investor miliarder legendaris itu.

Dalam pandangan Dalio, langkah The Fed, meskipun dijelaskan sebagai manuver teknis untuk mengelola cadangan bank, pada dasarnya adalah langkah pelonggaran yang dilakukan pada waktu yang salah.

Ia menambahkan, bahwa ini adalah indikator kunci untuk melacak dinamika siklus utang besar (Big Debt Cycle) sebagaimana dijelaskan dalam bukunya. Menurutnya keputusan itu menandai awal dari siklus berbahaya — ketika bank sentral justru “menyuntikkan stimulus ke dalam gelembung,” bukan untuk merespons pelemahan ekonomi.

Read Entire Article
Prestasi | | | |