loading...
GAC AION V. FOTO/ DOK SindoNews
JAKARTA - Populasi mobil listrik di Indonesia semakin berkembang setiap tahunnya. Bahkan, tahun ini penjualan kendaraan ramah lingkungan itu sudah lebih dari 48 ribu unit. Angka tersebut melampaui total penjualan mobil listrik sepanjang 2024.
Salah satu alasan masyarakat Indonesia membeli mobil adalah sejumlah keuntungan yang didapatkan, salah satunya bebas ganjil genap. Tapi, ini bisa menjadi bumerang saat populasi mobil listrik bertambah maka volume kendaraan di jalan protokol juga akan semakin besar.
Menanggapi hal tersebut, CEO Aion Andry Ciu merasa prosesnya masih sangat panjang hingga mobil listrik memenuhi jalan perkotaan. Sebab, saat ini penjualan mobil mesin pembakaran masih mendominasi dan pangsa pasar kendaraan listrik belum lebih dari 10 persen.
"Sebenarnya kalau kita lihat dari market share mobil listrik, sekarang ini mendekati 10 persen dari market yang turun. Kita belum bisa bilang market mobil ini sudah normal, marketnya turun makanya EV ini 10 persen," kata Andry di Jakarta, belum lama ini.
Meski penjualan mobil listrik meningkat, penjualan kendaraan penumpang di Indonesia tidak alami perubahan. Bahkan, jumlahnya cenderung menurun karena diakibatkan beberapa hal.
"Apakah nanti ketika market itu naik, market EV-nya benar masih 10 persen ataukah turun ataukah semoga naik. Tapi kalau dengan volume penjualan EV yang masih begini, kayaknya gage masih belum penuh sama EV. Masih jauh kayaknya gage penuh sama EV, masih jauh," ujar Andry.
Seperti diketahui, penerapan aturan ganjil genap dilakukan untuk mengurai kepadatan lalu lintas di jalan-jalan tertentu di wilayah Jakarta. Tapi, mobil listrik kebal dengan aturan ini agar masyarakat Indonesia semakin tertarik untuk beralih ke kendaraan berbasis baterai.
(wbs)