loading...
Chery targetkan dana IPO Rp19,2 triliun di Hong Kong di tengah ancaman tarif global. Foto: Chery
HONG KONG - Chery Automobile, raksasa otomotif dan eksportir mobil terbesar dari China, bersiap untuk melakukan manuver bisnis yang sangat berisiko: menggelar penawaran saham perdana (IPO) di bursa Hong Kong.
Perusahaan ini akan menjajal nyali para investor dengan target penggalangan dana fantastis hingga USD1,2 miliar (sekitar Rp19,2 triliun), yang akan menempatkan nilai total perusahaan di angka USD23 miliar (sekitar Rp368 triliun).
Namun, langkah ambisius ini diambil di tengah medan yang sangat berbahaya. Industri otomotif China saat ini terjepit oleh dua ancaman besar: perang harga di dalam negeri dan badai proteksionisme yang meninggi di pasar global.
Pertanyaannya, apakah valuasi premium yang diminta Chery sepadan dengan risikonya?
Tantangan #1: Perang Harga Domestik (Berhasil Dimenangkan)
Di tengah persaingan dalam negeri yang sengit, Chery justru menunjukkan taringnya. Tahun lalu, penjualan domestik mereka meroket hingga 56% dibanding 2023. Angka ini jauh melampaui pertumbuhan industri secara keseluruhan yang hanya mencapai 3,1%.
Kunci kesuksesan ini terletak pada lonjakan penjualan mobil listrik dan hybrid mereka yang naik lebih dari tiga kali lipat. Hebatnya, penjualan mobil bermesin konvensional mereka juga ikut meningkat, menunjukkan kekuatan merek yang menyeluruh.
Tantangan #2: Tembok Proteksionisme Global (Rintangan Terberat)
Jika di kandang sendiri Chery adalah pemenang, di panggung global ceritanya berbeda. Jalan ekspor mereka kini dipenuhi rintangan:
Meksiko, importir utama mobil China tahun ini, baru saja mengumumkan akan menaikkan tarif impor hingga 50%.
Rusia, yang tahun lalu menjadi tujuan ekspor nomor satu, telah memberlakukan quasi-tarif dalam bentuk "biaya daur ulang" yang mahal.