Gencatan Senjata di Gaza Memang Rapuh sejak Hari Pertama

3 hours ago 4

loading...

Gencatan senjata di Gaza memang rapuh sejak hari pertama. Foto/X/QudsNen

GAZA - Gencatan senjata di Gaza rapuh "sejak hari pertama" karena baik Israel maupun Hamas menyetujui kesepakatan di bawah tekanan signifikan dari AS dan berharap untuk saling menyalahkan atas pelanggaran gencatan senjata. Itu diungkapkan ujar Rob Geist Pinfold, dosen keamanan internasional di King's College London, kepada Al Jazeera.

"Jadi, yang kita saksikan adalah permainan adu gengsi di mana kedua belah pihak mencoba menguji batas kemampuan satu sama lain, menguji batasan masing-masing, sambil juga mencari bukti kuat yang memberi mereka alasan untuk melanggar gencatan senjata," ujarnya.

"Fakta bahwa seorang tentara terbunuh di Rafah – kita masih belum tahu oleh siapa, kita masih belum tahu apakah ini diperintahkan oleh Hamas atau orang lain atau sel Hamas yang beroperasi secara independen – [memungkinkan] Israel memanfaatkan kesempatan ini untuk melanggar gencatan senjata karena inilah yang mereka inginkan sejak awal."

Ia mengatakan bahwa meskipun AS akan berusaha mengendalikan Israel secara diam-diam karena Trump ingin mengklaim keberhasilannya dalam menengahi gencatan senjata yang langgeng, Israel justru berusaha "memaksakan fakta-faktanya sendiri di lapangan" di Gaza.

"Israel masih belum menarik diri dari Gaza. Israel menguasai lebih dari 50 persen Jalur Gaza secara langsung dan jauh lebih tidak langsung," ujarnya.

"Apa yang selalu diupayakan Israel pada dasarnya adalah mentransplantasikan modelnya dari Lebanon, di mana konon ada gencatan senjata tetapi Israel memiliki kemampuan untuk bertindak secara sepihak terhadap target-target Hizbullah, menyerang secara teratur dan masih menduduki sebagian Lebanon selatan.

Read Entire Article
Prestasi | | | |