loading...
Kolaborasi Ericsson dan sejumlah partner seperti Qualcomm hingga Komdigi diharapkan membuat hackaton berskala masif. Foto: Ericsson Indonesia
JAKARTA - Di atas kertas, cita-cita Indonesia sangat mulia: menjadi salah satu dari lima besar kekuatan ekonomi dunia pada 2045. Fondasi dari mimpi besar ini adalah transformasi digital total.
Namun, di balik visi megah itu, ada "bom waktu" yang terus berdetak, krisis yang mengancam akan menggagalkan segalanya: defisit talenta digital yang menganga.
Proyeksi pemerintah sangat jelas dan meresahkan. Indonesia akan butuh setidaknya 9 juta talenta digital pada 2030. Angka ini mustahil dipenuhi hanya melalui jalur pendidikan formal.
Karena itu, raksasa teknologi global (Ericsson dan Qualcomm) dan pemerintah Indonesia (Kemenperin dan Komdigi) meluncurkan "pencarian bakat" tingkat nasional. Yakni, Hackathon: Indonesia’s NextGen Digital Sprint with 5G and AI.
Arena Pertarungan Ide untuk Industri Riil
Ini bukan kompetisi coding biasa. Edisi kedua dari hackathon yang sukses digelar tahun lalu ini dirancang sebagai kawah candradimuka untuk melahirkan solusi-solusi nyata.
Para pesertanya—mulai dari startup hingga tim akademisi—ditantang untuk menciptakan inovasi berbasis 5G dan AI yang bisa diterapkan langsung pada empat pilar ekonomi Indonesia: manufaktur, pertambangan, pertanian, dan perdagangan.