Review Buku Akhir Sang Gajah di Bukit Kupu-Kupu

5 hours ago 3

Judul: Akhir Sang Gajah di Bukit Kupu-Kupu

Penulis: Sasti Gotama

Penyunting naskah: Iham Miftahuddin

Proofreader: Yunni Y.M. & Dewi Indah Lestari

Layout dan setting isi: Krisna Bayu S.A.

Pengarah ilustrasi: Ginanjar Setia M

Ilustrator sampul & isi: Nadya Zahwa Noor

Desainer sampul: Hayizuaficus

Cetakan I, Maret 2024

Diterbitkan oleh Penerbit Mizan PT Mizan Pustaka

***

Terdiri dari 20 cerpen, buku ini tidak menyajikan satu tema tunggal. Justru keberagamannya menjadi kekuatan. Kita akan bertemu tokoh-tokoh dengan latar yang berbeda, dari India hingga masa penjajahan Belanda, dari ruang keluarga yang getir hingga situasi absurd yang membingungkan.

Tidak ada cerita yang berusaha lebih menonjol dari yang lain. Semuanya berdiri dengan kekhasan masing-masing, seolah satu mozaik besar tentang kemanusiaan.

Ada dua cerita yang paling mengikat: Akhir Sang Gajah dan Di Bukit, Kupu-Kupu Kuning Terbang. Dua cerpen ini dipilih menjadi pembuka dan penutup buku, sekaligus merepresentasikan lingkaran sederhana tentang ingatan, kehilangan, dan kebahagiaan yang rapuh.

Membaca karya Sasti Gotama membuat kita sadar bahwa kata-kata bisa menjadi senjata yang lembut sekaligus "mematikan".

Bahasanya puitis, kadang jenaka, namun sering kali tajam hingga menusuk. Ada kalimat yang membuat kita harus berhenti sejenak, bahkan membuka kamus atau mesin pencari hanya untuk memahami sepenuhnya.

Tapi justru dari pilihan diksi yang tak biasa itulah lahir keindahan. Setiap kalimat tidak sekadar ingin “didengar”, melainkan dirasakan. Kadang menyesakkan, kadang menimbulkan renungan yang panjang.

Mayoritas cerpen dalam buku ini menjadikan perempuan sebagai pusat kisah. Kita diajak melihat bagaimana perempuan berhadapan dengan pengalaman traumatis, dilema moral, mimpi yang dikorbankan, hingga kekerasan dari manusia-manusia nir-empati.

Ada isu-isu feminis yang berat dengan lapisan ironi, humor tipis, dan gaya narasi yang segar dalam kumpulan cerita di buku ini. Kita pun akan digiring untuk menangkap esensi cerita sekaligus merenungi realitas pahit yang seringkali dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Setiap cerpen di buku ini memang singkat, tetapi tidak pernah sederhana. Justru kisah yang terasa begitu singkat itu membuat kita sebagai pembaca bisa mencari makna sendiri dalam mengisi kekosongan, meraba makna yang tersisa, dan akhirnya merenung lebih lama.

Buku kumpulan cerpen ini pun membuat kita seakan bercermin: bagaimana posisi kita dalam konstruksi sosial? Bagaimana kita menyikapi luka dan kehilangan? Apa arti menjadi manusia?

Sampul buku ini tampak ceria, penuh warna, dan indah dipandang. Akan tetapi, begitu membuka halaman pertama, kita langsung dihadapkan dengan kalimat mengejutkan pembuka yang menghantam sekaligus menegaskan bahwa isi buku ini sama sekali tidak ringan.

Kontras antara sampul dan isi justru mencerminkan estetika Sasti Gotama, yang sekilas tampak indah penuh warna, tetapi penuh kedalaman yang gelap dan kompleks di dalamnya.

Ada yang mengatakan bahwa Akhir Sang Gajah di Bukit Kupu-Kupu seperti masa kanak-kanak yang hadir dalam diri orang dewasa: sederhana namun penuh makna. Cerita-ceritanya mengingatkan kita pada cara anak kecil mengenang sesuatu, seperti lewat nama, ciri khas, atau momen sederhana, tetapi dengan ketajaman refleksi orang dewasa.

Buku yang masuk daftar panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 dan kemudian memenangkan penghargaan dalam kategori cerpen ini menghadirkan isu-isu dan tema menantang, mengusik, bahkan meresahkan. Setiap cerpen membuat kita ikut berpikir, ikut merasa, dan mungkin ikut terluka. Tetapi justru di situlah keindahannya. Kita tidak lagi hanya menjadi pembaca pasif, melainkan penjelajah emosi dan perenungan.

Dengan ketajaman bahasa, keberanian mengangkat isu, serta kekuatan narasi, Sasti Gotama menghadirkan antologi cerpen yangindah sekaligus menyakitkan.

Bagi Sahabat Fimela yang mencari bacaan singkat tetapi bermakna, indah sekaligus getir, sederhana tapi penuh daya gugah, maka Akhir Sang Gajah di Bukit Kupu-Kupu adalah pilihan yang tepat.

Buku ini tidak hanya menawarkan cerita-cerita unik, tetapi juga ruang refleksi untuk memahami ulang arti menjadi manusia, terutama menjadi perempuan. Bacalah, resapi, dan biarkan setiap cerpen di dalamnya membekas dalam hati kita untuk waktu yang lama.

Read Entire Article
Prestasi | | | |